Liputan6.com, Jakarta - Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) sampai saat ini belum menerbitkan regulasi soal embedded SIM card (eSIM). Padahal, teknologi tersebut sudah digunakan salah satu operator seluler di Indonesia, yakni Smartfren.
Anggota BRTI, Setyardi Widodo, mengatakan saat ini pihaknya sedang mencermati penggunaan eSIM. Beberapa hal di antaranya termasuk proses registrasi menggunakan identitas asli dan aspek teknisnya.
Advertisement
"Perhatian kami, pertama terkait dengan meningkatkan proses registrasi terkait NIK dan sebagainya. Kemudian juga aspek teknisnya seperti apa, termasuk cara mendaftar," tutur Setyardi di kawasan Jakarta, Jumat (6/9/2019).
Baca Juga
Selain itu, katanya, BRTI juga tengah melihat ekosistem industri, efisiensi, dampak, dan perubahan model bisnis operator dengan adanya eSIM.
"Penerapan eSIM ini harus kita lihat perkembangannya. Selain itu dengan adanya eSIM, berarti akan ada efisiensi industri karena operator tak lagi perlu memproduksi kartu SIM," ungkap Setyardi.
"Oleh sebab itu, sejauh ini belum ada regulasi khusus. Bukan eSIM, tapi regulasi ini lebih mengenai turunan-turunannya, masalah aplikasinya yang perlu diatur ke arah mana," sambungnya.
Â
Keuntungan eSIM
Lebih lanjut, Presiden Direktur Smartfren, Merza Fachys, mengungkapkan kehadiran eSIM di Indonesia memberikan keuntungan bagi konsumen. Namun untuk saat ini, baru iPhone XS, XS Max, dan XR, yang mendukung eSIM.
Ketiga smartphone tersebut memiliki sistem dual SIM, yakni satu slot nano SIM, dan satu eSIM.
Menurut Merza, kehadiran eSIM di Indonesia memberikan keuntungan bagi konsumen karena bisa optimal menggunakan layanan iPhone. "Pengguna bisa pakai eSIM di sini, karena mereka juga sudah bayar mahal untuk menggunakan iPhone tersebut," kata Merza.
Selain itu, kata Merza, pengguna iPhone juga bisa menggunakan dua layanan operator sekaligus. Jika eSIM menggunakan layanan Smartfren, maka layanan lainnya bisa dari operator berbeda.
"Konsumen bisa pakai dua provider berbeda untuk kartu SIM. eSIM pakai Smartfren, yang satu lagi bisa yang lain" tuturnya.
(Din/Why)
Advertisement