Liputan6.com, Jakarta - Nadiem Makarim menerima tawaran dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk bergabung di Kabinet Kerja Jilid II. Ia pun rela melepas posisinya sebagai founder dan CEO di Gojek.
Dalam wawancara dengan media, Nadiem Makarim mengatakan, dirinya sudah diberitahu posisi yang ditawarkan oleh Presiden Jokowi.
"Sudah dikasih tahu dan saya menerima," tutur Nadiem Makarim, Senin (21/10/2019).
Advertisement
Lantas, perlukah Nadiem melepas seluruh sahamnya di Gojek? Ketua Umum Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung turut berpendapat terkait dengan hal ini. Ia mengatakan, menjadi seorang menteri tidak harus melepas kesempatan lain.
Baca Juga
"Kalau saham rasanya enggak sampai seperti itu ya. Gak fair juga. Masa kalau jadi menteri gak punya kesempatan lain. Tapi sebetulnya kami menghargai Nadiem melepas jabatannya sebagai CEO di Gojek. Yang terpenting adalah sama-sama mengontrol kinerjanya nanti supaya tidak ada conflict of interest," kata Untung kepada Merdeka.com.
Terlebih, ia melanjutkan, posisi Nadiem belum jelas akan menjabat menteri di bagian apa. Sejauh ini masih simpang siur informasi mengenai posisi Nadiem di jajaran kabinet kedua Presiden Jokowi.
"Posisi Nadiem Makarim pun belum jelas. Ada yang bilang Kementerian Ekonomi Digital, ada juga yang bilang di Kementerian Pendidikan. Kalau di Kementerian Pendidikan mungkin konfliknya lebih dikit, kalau di Kementerian Ekonomi Digital relatif ada potensi itu. Tetapi Kementerian Ekonomi Digital perlu orang yang tahu dari sisi industri ini," tuturnya.
Â
Kata Pengamat Ekonomi Digital
Sementara itu, Pengamat Ekonomi Digital, Daniel Tumiwa, mengatakan persoalan itu lebih baik menyesuaikan dengan aturan negara saja. Dia pun mengakui belum mengetahui ikhwal dari proses itu.
"Ikut aturan negara saja. Saya belum pernah tahu aturannya gimana," katanya.
Terlepas dari soal saham, kata politisi dari PSI ini, Nadiem merupakan pilihan terbaik dan pantas. Sebab, keseharian Nadiem sudah di lingkungan pendiri Google, Amazon, JD, dan Alibaba.
"Kelasnya sudah mendunia. Pola pikirnya adalah Indonesia Digital, yaitu percaya bahwa teknologi memiliki solusi yang baik, berkepanjangan, dan inklusif. Indonesia maju deh," Daniel menandaskan.
Reporter: Fauzan Jamaludin
Sumber: Merdeka.com
Advertisement