Liputan6.com, Jakarta - Facebook saat ini sedang menguji coba panggilan terenkripsi via Messenger.
Temuan ini diungkapkan oleh reverse engineer Jane Wong. Menurut Jane, uji coba ini baru terbatas pada panggilan VoIP di modus rahasia (Secret Mode) saja.
Facebook Messenger is testing Video/Audio calls over Secret Conversation pic.twitter.com/aNgnvtzsBf
— Jane Manchun Wong (@wongmjane) October 31, 2019
Namun di luar panggilan suara, Messenger memang telah menyematkan enkripsi untuk pesan teks di modus rahasia, tetapi saat ini, modus itu belum mendukung panggilan suara.
Advertisement
Baca Juga
Sebagai perbandingan, WhatsApp, yang juga ada di bawah naungan Facebook, sudah menerapkan enkripsi secara menyeluruh, baik untuk pesan teks maupun panggilan suara. Penerapan enkripsi diyakini dapat menawarkan layanan komunikasi lebih aman.
Di sisi lain, beberapa waktu lalu Mark Zuckerberg pernah mengatakan bahwa perusahaan akan menerapkan enkripsi pada semua layanan perpesanannya.
Bos Facebook Kritik TikTok Gara-Gara Sensor Konten
Diwartakan sebelumnya, CEO Facebook Mark Zuckerberg sempat menyinggung jejaring sosial berbasis video TikTok. Belum lama ini, dalam sebuah acara Zuckerberg mengkritik TikTok yang melakukan sensor konten tak hanya di Tiongkok, tetapi juga Amerika Serikat.
Bos media sosial raksasa ini mengkritik aplikasi yang dimiliki oleh perusahaan Tiongkok ByteDance itu. Mengutip laman Tech Times, Selasa (29/10/2019), Zuck menekankan konten-konten TikTok yang disensor adalah konten yang tidak mencitrakan pemerintah Tiongkok secara positif, termasuk mengenai konten yang berlangsung di Hong Kong.
"Layanan milik kami, seperti WhatsApp, digunakan oleh pengunjuk rasa dan aktivis di mana-mana karena perlindungan enkripsi dan privasi. Namun, aplikasi TikTok yang pertumbuhannya begitu tinggi di seluruh dunia, justru menyebutkan aksi protes di Hong Kong telah disensor, bahkan di AS," kata Zuckerberg.
Ia pun mempertanyakan, apakah internet yang semacam itu yang diinginkan oleh penggunanya.
September lalu, The Washington Post melaporkan, pencarian tentang Hong Kong di aplikasi tersebut menunjukkan "sedikit keresahan yang terlihat."
Hal ini memicu kecurigaan bahwa aplikasi tersebut memang membatasi video yang memperlihatkan protes di Hong Kong.
(Why/Ysl)
Advertisement