Jurus Google Atasi Penyebaran Informasi Hoaks di Tengah Pandemi Covid-19

Rasa penasaran dan ketidakwaspadaan warganet yang mencari informasi di Google Search dapat dimanfaatkan sejumlah pihak untuk menyebarkan hoaks terkait Covid-19.

oleh Yuslianson diperbarui 23 Apr 2020, 11:30 WIB
Diterbitkan 23 Apr 2020, 11:29 WIB
Google
Kantor pusat Google di Mountain View. Liputan6.com/Jeko Iqbal Reza

Liputan6.com, Jakarta - Sehubungan dengan belum meredanya pandemi global Covid-19, warganet mencari berbagai informasi terbaru melalui Google Search.

Entah itu update jumlah pasien positif Covid-19, gejalanya, atau bagaimana penyebaran hingga pencegahannya, semua itu marak dicari.

Namun, rasa penasaran dan ketidakwaspadaan warganet yang mencari informasi di Google Search pun dapat dimanfaatkan sejumlah pihak untuk menyebarkan hoaks terkait Covid-19.

Menjawab hal tersebut, Mark Risher, selaku Senior Director for Account Security, Identity, and Abuse, Google pun memberikan pandangannya.

"Untuk mengatasi hal tersebut, machine learning Google akan mem-boost tautan atau artikel terkait Covid-19 yang berasal dari sumber tepercaya," ujar Mark dalam video conference dengan media, Kamis (23/4/2020).

Ia menambahkan, "Informasi Covid-19 yang berasal dari otoritas terkait, pemerintah, hingga sumber artikel dari situs berita tepercaya di masing-masing negara akan lebih kami utamakan."

"Dengan bengini, pengguna akan lebih mudah menemukan dan membagikan informasi yang mereka cari tentang Covid-19 benar. Bukan hoaks."

 

Google Tegaskan Komitmen Atasi Konten Hoaks

Acara diskusi publik penanganan virus Corona di kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), Senin (9/3/2020).

Baru-baru ini, Google juga telah menegaskan komitmennya menghapus informasi menyesatkan, termasuk hoaks di berbagai layanannya. Hal ini diungkapkan oleh Head of Public Policy Google Indonesia, Putri Alam.

Putri mengatakan, Google berpegang pada empat prinsipnya dalam mengatasi disinformasi maupun misinformasi. Empat prinsip tersebut termasuk memastikan kualitas konten yang tinggi di semua layanannya.

Selain itu, perusahaan juga tak segan menghapus konten yang dinilai melanggar kebijakan. Informasi-informasi yang ada di berbagai layanannya termasuk mesin pencari dan YouTube.

"Konten yang melanggar community guidlines kami, pasti akan ter-take down dengan machine learning. Namun karena teknologi tidak sempurna, pasti ada beberapa yang lolos karena itu kami juga mengandalkan laporan dari publik," jelas Putri di kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) di Jakarta, Senin (9/3/2020).

(Ysl/Why)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya