Langkah Pemerintah Amankan Slot Orbit Satelit Satria-1

Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate menjelaskan sejumlah langkah pemerintah untuk mengamankan slot orbit bagi satelit Satria-1.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 24 Nov 2020, 08:00 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2020, 08:00 WIB
menkominfo
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate. (Ist)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate baru saja mengumumkan situasi terkini pengadaan satelit Satria-1. Salah satu yang diumumkan adalah mundurnya jadwal peluncuran satelit tersebut karena pandemi saat ini berpengaruh pada proses produksi.

Untuk itu, Johnny mengatakan pemerintah sudah meminta perpanjangan waktu selama 14 bulan untuk tetap dapat menempatkan satelit Satria-1 di slot orbit 146 BT (Bujur Timur).

Sebagai informasi, satelit ini direncanakan untuk dapat meluncur ditempatkan di orbit pada Maret 2023. Namun karena penundaan ini, satelit ini paling cepat baru bisa mencapai orbitnya pada kuartal keempat 2023.

"Dengan demikian, kita semua masih yakin bahwa satelit Satria-1 akan ditempatkan di orbit sesuai tambahan waktu penempatan yang diminta oleh Indonesia," tutur Johnny dalam siaran pers yang dikutip dari situs resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Selain meminta perpanjang waktu, Johnny juga menuturkan pemerintah telah mempersiapkan dua langkah alternatif lain untuk memastikan orbit satelit di 146BT tetap bisa digunakan Indonesia.

Langkah lain yang dilakukan pemerintah adalah menyiapkan backup filling satelit yang sudah didaftarkan di ITU (International Telecommunication Union) sebagai cadangan.

"(Ada) Nusantara PE1-A, apabila filing satelit PSN-146E tidak dapat digunakan lagi. Mudah-mudahan hal ini tetap masih bisa kita gunakan karena itu biasa terjadi di dalam industri ini," tutur Johnny melanjutkan.

Dia juga menjelaskan proses pendaftaran dan penyelesain koordinasi sudah dijalankan sejak lama. Karenanya, masalah koordinasi krusial dengan negara yang diwajibkan, banyak yang telah diselesaikan.

Langkah alternatif kedua adalah operator satelit Indonesia dapat menyewa dan menempatkan satellite floater dalam jangka waktu tertentu. Lewat alternatif ini, Indonesia tetap dapat memenuhi kewajiban regulasi ITU untuk menempati slot orbit 146BT.

"Dengan demikian, filing PSN 146 E akan tetap terjaga keberadaannya dan dapat digunakan oleh Satelit Satria-1," ujar Johnny menjelaskan. Lewat tiga langkah itu, Johnny pun mengatakan pengadaan dan penempatan satelit Satria-1 ini dapat berlangsung baik.

Peluncuran Satelit Satria-1 Mundur Gara-Gara Pandemi Covid-19

Satelit
Ilustrasi satelit

Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate baru saja mengumumkan perkembangan terkini mengenai satelit multifungsi Satria-1.

Menurut Johnny, pengadaan satelit ini masih berjalan normal, tetapi ada penundaan peluncuran karena pandemi Covid-19 memengaruhi pengadaan dan produksi satelit Satria-1.

"Ternyata Covid-19 juga berdampak pada proses pengadaan dan produksi satelit Satria-1. Yang sedianya direncanakan untuk ditempatkan di orbit pada bulan Maret tahun 2023, kemudian mengalami pengunduran jadwal," tutur Johnny dalam siaran pers yang diterima, Senin (23/11/2020).

Karena itu, pemerintah pun mengusulkan dan meminta perpanjangan waktu penempatan satelit di orbit pada ITU (International Telecommunication Union).

Pemerintah pun menargetkan satelit Satria-1 ini dapat mengisi slot orbitnya paling cepat dilakukan kuartal keempat 2023.

"Selama 14 bulan yang kita perkirakan, ya secepatnya, atau paling cepat meletakkan satelit di orbit bisa dapat dilakukan pada kuartal keempat tahun 2023," kata Jonny lebih lanjut.

Dia juga menuturkan mundurnya jadwal peluncuran satelit ke orbit merupakan hal yang biasa terjadi di industri satelit. Terlebih, apabila ada force majeur.

Hanya, dalam hal ini, ITU memang meminta informasi tambahan pada pemerintah Indonesia mengenai rencana peluncuran satelit Satria-1 selanjutnya.

"Karena force majeur, akibat dampak Covid-19, maka ITU Board meminta informasi tambahan kepada Indonesia dan PSN agar pertimbangannya nanti dapat diputuskan pada rapat ITU berikutnya pada bulan Maret tahun 2021," ujar Johnny menjelaskan.

Informasi Satelit SATRIA-1

Sebagai informasi, satelit SATRIA-1 akan menempati orbit 146 BT (Bujur Timur). Satelit multifungsi ini ditujukan untuk menyebarkan akses internet di wilayah Indonesia, terutama daerah yang belum terjangkau internet.

Satelit ini dibuat oleh Thales Alenis Space dan roket peluncurannya adalah SpaceX Falcon 95500. Satelit ini disebut akan memiliki kapasitas 150Gbps dan mampu meningkatkan kecepatan internet di seluruh Indonesia.

Saat ini, Indonesia sendiri telah memanfaatkan lima satelit mandiri dengan kapasitas 30Gbps, dengan empat satelit yang disewa dari pihak asing dengan kapasitas 20Gbps.

"Beroperasinya Satria dengan kapasitas 150Gpbs atau 3 kali lipat dari kapasitas 9 satelit akan memberikan WiFi gratis di 150.000 titik publik di berbagai wilayah nusantara," tutur Johnny saat penandatangan kerja sama untuk kontruksi satelit ini.

(Dam/Why)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya