Liputan6.com, Jakarta - Setelah beberapa kali ditunda, CD Projekt Red akhirnya secara resmi meluncurkan gim Cyberpunk 2077 pada 10 Desember 2020.
Jadi salah satu gim paling dinanti peluncurannya pada 2020, wajar bila ada penjahat siber berusaha memanfaatkan animo tersebut sebagai peluang untuk menipu gamer.
Dikutip dari Threat Post, Senin (14/12/2020), pelaku kejahatan membagikan gratis kopian gim Cyberpunk 2077 dengan tujuan mencuri informasi pribadi korban mereka.
Advertisement
Baca Juga
Menurut para peneliti di Kaspersky, berbagai situs web unduhan gratis Cyberpunk 2077 telah di publish--dalam berbagai bahasa--sembari menyertakan kata kunci "PC", "game", dan "unduh".
"Jika pengunjing mengklik tombol [download], situs itu akan mengunduh file .exe yang tampak seperti program installer untuk gim Cyberpunk 2077 di PC," tulis salah satu peneliti Kaspersky.
Tipu Gamer dengan Gim Cyberpunk 2077
Lebih lanjut, gamer akan melihat sejumlah menu dengan beberapa tombol yang tidak aktif saat membuka program.
"Pelaku berharap dapat menciptakan ilusi setelah terinstal di PC, aplikasi tersebut dapat menjalankan gim," kata peneliti Kaspersky.
Adapun menu ini menawarkan tiga opsi: Insltall, Support, dan Exit. Klik Install, gamer akan membuka tampilan yang "pura-pura" gim Cyberpunk 2077 sedang diinstal, dan meminta kode lisensi.
Â
Advertisement
Janjikan Kode Lisensi Cyberpunk 2077
Berhubung korban tidak memiliki kode lisensi gim, pelaku akan menawarkan tombol bertuliskan "Get License Key".
Ketika diklik, mereka akan mengarahkan gamer ke situs web yang menawarkan kesempatan untuk ikut survei atau giveaway supaya bisa mendapatkan kunci tersebut.
Usai menyelesaikan survei dan mendapatkan kunci, proses instal akan secara tiba-tiba terganggu dengan tulisan yang mengatakan "DLL" gim eror.
Agar proses instal kembalii berjalan dan berhasil menginstal gim, gamer harus melalui proses mirip di atas untuk mendapatkan file itu.
"Download file nongame sangat membuang waktu, dan berpotensi fatal dengan aksi pencurian informasi pribadi pengguna hingga rentan dari serangan siber lainnya," tutur peneliti Kaspersky.
(Ysl/Why)