Liputan6.com, Jakarta - Palapa Timur Telematika sebagai pelaksana proyek nasional pemerataan jaringan mencatat ada 174 kasus perusakan perangkatnya sepanjang 2020. Proyek Palapa Ring Timur yang mencakup empat provinsi itu mendapat sedikitnya empat kasus perusakan kategori berat.
Project Manager PT Palapa Timur Telematika, Herald Napitupulu, mengatakan keempat kasus kategori berat ini terjadi di wilayah provinsi Papua.
Baca Juga
Kasus teranyarnya dua tower milik Palapa diduga dibakar oleh orang tak dikenal. Sebelumnya, terjadi sabotase di tower repeater B2 Palapa Ring Timur di pegunungan Intan Jaya pada Maret 2020.
Advertisement
“Sudah ditangani per November 2020 kemarin, dan jaringan sudah aktif kembali,” kata Herald dalam konferensi pers virtual, Rabu (20/1/2021).
Terkait kategori perusakan, 170 kasus masuk dalam kategori ringan sampai sedang, dan empat lainnya masuk kategori berat.
Perusakan perangkat tersebut dominan terjadi di wilayah provinsi Papua dan Papua Barat. Sementara di dua provinsi lainnya yakni NTT dan Maluku tehitung sedikit mendapat kendala.
Mengenai antisipasi kejadian selanjutnya, Palapa Timur Telematika mengaku akan bekerja sama dengan aparat pengamanan setempat.
Selain itu, perusahaan juga akan melakukan sosialisasi ke masyarakat melalui pemuka agama hingga pemerintah di daerah terkait.
“Harapannya setiap hari dapat selalu dilakukan sosialisasi, hingga masyarakat juga ikut menjaga,” kata Direktur Operasional PT Palapa Timur Telematika, Eddy Siahaan.
Rugi Ratusan Miliar
Banyaknya kasus perusakan yang terjadi tentunya menimpa kerugian, salah atunya kerugian materil--selain dari kerugian layanan yang terjadi di wilayah terjadinya kendala.
Eddy menambahkan, kerugian yang diterima mencakup perangkat yang perlu diganti, ongkos transportasi, hingga kerugian dari layanan yang tidak berjalan dengan baik.
“Mungkin lebih detail perlu melihat data, tapi keseluruhan secara singkat taksirannya kita kehilangan mencapai ratusan miliar rupiah,” kata Eddy.
Advertisement
Arus Informasi Terganggu
Sementara itu, Herald menyebut, kerugian jangka panjangnya adalah terkait kegiatan ekonomi masyarakat sekitar yang terganggu.
Pasalnya, arus informasi terganggu karena perangkat rusak, sehingga dapat memengaruhi transaksi ekonomi di wilayah terdampak.