Ramah Lingkungan, Jepang Pakai Hidrogen untuk Api Obor Olimpiade Tokyo 2020

Jepang menggunakan hidrogen yang lebih ramah lingkungan, untuk menjaga api pada obor Olimpiade Tokyo 2020 tetap menyala.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 24 Jul 2021, 18:02 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2021, 18:00 WIB
Olimpiade Tokyo
Atlet Jepang Naomi Osaka menyalakan baki api dari obor, dalam acara upacara pembukaan Olimpiade Tokyo 2020 di Olympic Stadium, di Tokyo, Jumat (23/7/2021). Upacara pembukaan Olimpiade Tokyo yang berlangsung dalam era pandemi digelar tanpa penonton. (AP Photo/Ashley Landis)

Liputan6.com, Jakarta - Teknologi ramah lingkungan dengan penggunaan hidrogen digunakan Jepang untuk membuat api pada obor Olimpiade Tokyo 2020 tetap berkobar selama penyelenggaraan pesta olahraga dunia itu.

Hidrogen akan membuat nyala api di National Stadium di Tokyo serta di cauldron (kuali) lain yang menyala di sepanjang tepi pantai dekat Tokyo Bay menyala selama Olimpiade berlangsung.

Dilansir dari AP News, Sabtu (24/7/2021), ini pertama kalinya sumber bahan bakar tersebut digunakan untuk menyalakan api Olimpiade.

Api Olimpiade sebelumnya menggunakan propana, meski magnesium, bubuk mesiu, resin, dan minyak zaitun juga telah digunakan sejak cauldron modern pertama dinyalakan di Olimpiade Amsterdam 1928.

Tidak seperti propana, hidrogen tidak menghasilkan karbon dioksida saat dibakar.

Kuali Tokyo berbahan bakar hidrogen yang diproduksi oleh sebuah pabrik di prefektur Fukushima, yang menggunakan energi terbarukan. Namun, baik propana dan hidrogen digunakan selama relai obor Olimpiade.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini


Obor Rendah Karbon Digemborkan Sejak 2012

Foto: Pembukaan Olimpiade Tokyo 2020 Tetap Meriah di Masa Pandemi Covid-19
Petenis putri Naomi Osaka menjadi pembawa obor terakhir yang menyulut api Olimpiade ke kaldron. Penyalaan api Olimpiade tersebuti menjadi puncak dari upacara pembukaan Olimpiade Tokyo 2020. (Foto: AP/David J. Phillip)

Cauldron Tokyo ini dirancang oleh Oki Sato, seorang arsitek asal Kanada. Bolanya terinspirasi matahari yang terbentang seperti kelopak bunga, yang menurut penyelenggara mewujudkan vitalitas dan harapan.

Petenis Naomi Osaka menyalakan obor tersebut pada Jumat malam waktu setempat, dalam upacara pembukaan Olimpiade Tokyo 2020.

Olimpiade London 2012 sesungguhnya sudah menggembar-gemborkan rencana obor yang rendah karbon. Namun, penyelenggara gagal mendapatkan desain yang tepat pada waktunya. Alih-alih, mereka menggunakan campuran propana dan butana.

Sementara, Brasil menggunakan cauldron yang lebih kecil untuk Olimpiade Rio tahun 2016, demi mengurangi jumlah bahan bakar yang dibutuhkan.


Relai Terdampak Pandemi

Api Olimpiade Tokyo 2020 Dinyalakan di Yunani
Aktris Yunani Xanthi Georgiou sebagai Imam Besar menyalakan obor saat upacara penyalaan api Olimpiade Tokyo 2020 di Kota Tua Olympia, Yanani, Kamis (12/3/2020). Belum ada keputusan apakah Olimpiade Tokyo 2020 bakal ditunda atau dibatalkan akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Thanassis Stavrakis)

Obor Olimpiade ini pertama kali dinyalakan di Olympia, Yunani, tempat kelahiran Olimpiade, pada 16 bulan yang lalu. Namun relai obor sempat terdampak pandemi COVID-19 di tahun 2020.

Pemerintah Jepang akhirnya memasang obor di prefektur yang terdampak gempa dan tsunami pada 2011, hingga estafet kembali dimulai lagi di Fukushima pada 25 Maret 2021.

Beberapa tahap relai terpaksa harus ditarik karena kekhawatiran adanya penyebaran COVID-19, sebelum api mencapai National Stadium di Shinjuku City, Tokyo.

Upacara relai obor Olimpiade sendiri pertama kali diperkenalkan di Berlin pada Olimpiade tahun 1936.

(Dio/Isk)


Infografis Olimpiade Tokyo 2020

Infografis Olimpiade Tokyo 2020
Infografis Olimpiade Tokyo 2020. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya