Liputan6.com, Jakarta - Digitalisasi saat ini bisa menjadi bagian dari sebuah strategi bisnis. Perusahaan besar atau yang lebih kecil, saat ini bergantung pada data untuk membuat keputusan yang lebih tepat.
Perusahaan-perusahaan yang menjadi paling cepat dalam menguasai digitalisasi, data, dan kecerdasan buatan, dinilai akan mendapatkan keunggulan kompetitif yang lebih besar.
Advertisement
Baca Juga
Menurut International Institute for Analytics, di 2020, pelaku bisnis yang menggunakan data akan meraih US$ 430 miliar keuntungan dalam bentuk produktivitas dibandingkan dengan pesaingnya yang tidak menggunakan data.
"Salah satu kesalahan terbesar yang dilakukan pelaku bisnis adalah tidak memiliki strategi digital yang tertanam dalam operasional bisnis," kata Profesor Ujwal Kayande, Director of the Center for Business Analytics, Melbourne Business School.
Dalam siaran persnya, ditulis Kamis (23/9/2021), Kayande menyarankan, untuk melakukan digitalisasi, seseorang harus memahami strategi bisnis yang dijalankan, serta bagaimana digitalisasi bisa membantu meningkatkan pertumbuhan bisnis.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Lebih dari Sebatas Chat Bot
Kayande mengatakan bahwa saat ini, banyak pelaku sektor ritel yang memisahkan toko fisiknya dengan toko online. Menurutnya ini adalah contoh yang paling tepat dari tidak menyatukan strategi digital ke dalam strategi bisnis secara keseluruhan.
"Strategi digital adalah menggunakan teknologi untuk membuat journey pelanggan semulus mungkin," ujarnya. "Ini bukan tentang memiliki website yang lebih baik atau menekan biaya. Ada kebutuhan untuk fokus ke pelanggan seintens sorotan laser."
Contoh lain adalah dengan memahami bagaimana digitalisasi bisa meningkatkan kualitas layanan lewat teknologi dibanding manusia, di berbagai sektor industri.
Ia memberikan contoh, di Indonesia, bank, restoran, department store, hingga rumah sakit, sudah mulai menawarkan layanannya di platform daring.
Menurut Kayande, hal itu lebih dari sebatas memiliki chat bot. "Anda harus jelas mengapa Anda melakukannya dan apakah Anda melakukannya untuk efisiensi misalnya."
"Akan tetapi menekan biaya bukanlah sebuah strategi digital."
Contoh lain adalah bagaimana raksasa kosmetik L'Oreal yang mengakuisisi perusahaan uji coba make up berbasis Augmented Reality (AR) dari Toronto, Modiface.
Advertisement
Penggunaan AR di Industri Kecantikan
Dengan mengakuisisi Modiface, L'Oreal menjadi punya solusi go-to untuk merek besar, memposisikan diri sebagai yang terdepan dalam penggunaan AR di industri kecantikan, dan memaksa pesaingnya menggunakan solusi lain yang lebih sederhana.
"Aplikasi tersebut memungkinkan pelangan untuk mencoba beragam lipstik, merubah gaya rambut mereka, menggunakan maskara tanpa harus membeli produk terlebih dahulu," kata Kayande.
"Bagian terbaiknya adalah ketika wanita bisa mencoba produk-produk tersebut sebelum memutuskan untuk membeli dan hal ini membuat L’Oreal bisa mengumpulkan data yang bisa menjadi masukan terhadap produk mana yang harus digenjot," lanjutnya.
Kayande pun mengatakan, hal semacam itu merupakan contoh win-win yang besar tentang bagaimana membuat kehidupan pelanggan lebih mudah di masa depan.
"Itu adalah jantung atau inti dari memiliki strategi yang bagus," katanya.
Lebih lanjut, Kayande mengatakan bahwa bagi perusahaan yang memulai perjalanan digitalnya, ide utama yang perlu dipertahankan adalah digitalisasi berarti berhasil secara komersil tidak hanya untuk setahun atau kuartal tertentu, tapi berhasil bagi masa depan.
"Pandangan dunia saya adalah tentang melakukan bisnis yang lebih baik untuk pelanggan anda, bukan melakukan hal-hal yang lebih murah," imbuhnya.
(Dio/Isk)
Infografis Cara Aman Pesan Makanan via Online dari Covid-19
Advertisement