Tiongkok Minta Vendor Terbuka ke Konsumen Soal Penjualan Smartphone Tanpa Kepala Charger

Pemerintah Tiongkok mengingatkan vendor smartphone agar terbuka ke konsumen mengenai penjualan smartphone tanpa dilengkapi kepala charger.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 30 Des 2021, 17:00 WIB
Diterbitkan 30 Des 2021, 17:00 WIB
iPhone 12
Para pembeli pertama iPhone 12 memamerkan perangkat yang baru dibelinya di Apple Store Orchard Road Singapura (Foto: Apple Newsroom)

Liputan6.com, Jakarta - Sejak 2020, Apple memulai penjualan smartphone tanpa dilengkapi kepala charger pada lini iPhone 12. Penjualan iPhone 12 tanpa charger pun berlangsung di semua pasar Apple.

Langkah Apple itu didasari oleh klaim kesadaran terhadap lingkungan. Menurut Apple, perusahaan berupaya untuk mengurangi jejak karbon dengan mengurangi produksi charger yang terbuat dari meterial plastik.

Apple lebih lanjut juga menjelaskan, berdasarkan survei dari pengguna iPhone, mereka tak tidak menggunakan charger baru dari boks. Menurut Apple, para pengguna lebih memilih memakai charger dari iPhone lamanya ketimbang menggunakan yang baru.

Keputusan Apple ini segera jadi tren di industri smartphone, di mana mulai ada vendor lainnya yang melakukan langkah serupa. Samsung dan Xiaomi jadi segelintir vendor yang ikuti langkah Apple, menghilangkan kepala charger dari boks smartphone. Misalnya pada Samsung di Galaxy S21 dan Xiaomi di Mi 11.

Namun, Xiaomi memberi pilihan bagi pengguna, di mana mereka menyediakan opsi boks dengan charger dan boks tanpa charger.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Protes Warganet

iPhone 12
Para pembeli pertama iPhone 12 memamerkan perangkat yang baru dibelinya di Apple Store Orchard Road Singapura (Foto: Apple Newsroom)

Terbaru dalam sebuah forum di Tiongkok, seorang warganet Tiongkok secara khusus menyuarakan ketidaksukaannya terhadap kebijakan baru yang diterapkan Apple dan Samsung, menjual smartphone tanpa charger.

Warganet tersebut mengaku praktik ini telah mempengaruhi konsumen secara langsung karena mereka harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli kepala charger yang mendukung pengisian ceat.

Pasalnya, ponsel baru hanya mendukung pengisian cepat yang dipasarkan dengan charger milik merek-merek tertentu. Pada gilirannya, konsumen harus membayar lebih. Ujung-ujungnya bukannya ramah lingkungan, malah lebih banyak kemasan plastik yang terbuang dalam proses pengemasan kepala charger.

Oleh karenanya, warganet ini berharap pemerintah Tiongkok mengambil langkah nyata terhadap perusahaan-perusahaan yang menjual smartphone tanpa charger.

Vendor Smartphone Diminta Terbuka dalam Iklankan Smartphone

iPhone 12
Harga iPhone 12 dan iPhone 12 mini. (Doc: Apple)

Mendengar keluhan tersebut, Kementerian Teknologi dan Informatika Tiongkok memberikan balasan. Menurut mereka, produsen harus secara eksplisit mencantumkan di semua materi pemasaran, bahwa perangkat tidak menyediakan pengisi daya dalam boks ketika mengiklankan smartphone yang dilengkapi fast charging.

Menurut Kementerian TI Tiongkok, konsumen berhak mendapatkan informasi sebelum memutuskan untuk membeli smartphone. Pada akhirnya, konsumenlah yang bertanggung jawab untuk membuat keputusan apakah mereka mau membeli smartphone tanpa kepala charger atau tidak.

Kementerian TI Tiongkok juga menambahkan, jika secara eksplisit disebutkan dalam materi pemasaran, konsumen sudah diberi tahu bahwa mereka harus membayar ekstra untuk membeli kepala charger yang dilengkapi fast charging.

Oleh karenanya, konsumen bisa bersiap-siap membayar lebih untuk mendapatkan fitur tambahan yang mereka inginkan di ponsel mereka.

Kementerian TI Tiongkok menyebut, praktik penjualan smartphone tanpa kepala charger di boks tidaklah membahayakan keselamatan dan kesehatan konsumen.

(Tin/Isk)

 

Durasi penggunaan aplikasi smartphone di berbagai negara

Tabel App Annie yang menunjukkan durasi penggunaan aplikasi smartphone di berbagai negara (Dok. App Annie)
Tabel App Annie yang menunjukkan durasi penggunaan aplikasi smartphone di berbagai negara (Dok. App Annie)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya