Liputan6.com, Jakarta - Seiring dengan serangan Rusia terhadap Ukraina memasuki hari keempat, Rusia blokir Twitter. Menurut kelompok pemantau internet NetBlocks, pemblokiran akses Twitter oleh Rusia ini dimaksudkan untuk menahan arus informasi.
NetBlocks menyebut, sejak Sabtu (26/2/2022) pagi, pihaknya melihat koneksi ke Twitter gagal atau sangat dibatasi di setiap penyedia telekomunikasi, mulai dari operator Rostelecom, MTS, Beeline, dan MegaFon.
Baca Juga
Pengguna di Rusia masih bisa mengakses Twitter melalui layanan VPN, namun koneksinya memang dibatasi.
Advertisement
Mengutip The Verge, Minggu (27/2/2022), wartawan di Rusia mengkonfirmasi informasi tentang Twitter diblokir di Rusia. Menurut seorang reporter BBC, akses ke Twitter sangat dibatasi. Menurutnya, mengirimkan pesan berhasil tetapi butuh waktu koneksinya.
Sejauh ini, motivasi Rusia membatasi Twitter tidak jelas. Namun keputusan ini muncul di tengah tindakan keras yang lebih luas terhadap Twitter.
Sebelumnya, Rusia mengumumkan pemblokiran Facebook, usai jejaring sosial ini menghapus akun empat organisai media yang dikelola pemerintah.
Langkah penghapusan keempat akun media terafiliasi Rusia itu disebut pemerintah setempat sebagai pelanggaran terhadap "hak dan kebebasan warga negara Rusia."
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Twitter Tahu Layanannya Diblokir
Sementara itu melalui cuitan, pihak Twitter menyadari layanannya telah diblokir di Rusia.
"Kami mengetahui Twitter dibatasi bagi sejumlah orang di Rusia dan kami terus berupaya membuat layanan kami tetap aman dan bisa diakses," kata Twitter dalam sebuah cuitan.
We believe people should have free and open access to the Internet, which is particularly important during times of crisis. https://t.co/xnm4xtzpKd
— Twitter Public Policy (@Policy) February 26, 2022
Sejauh ini, serangan Rusia di seluruh Ukraina memanas, saat pasukan Rusia memfokuskan serangan mereka di Ibu Kota Kyiv. Hingga kemarin, kota Kyiv berada masih berada di tangan pemerintah Ukraina.
Menteri Kesehatan Ukraina menyebut, setidaknya 198 orang Ukraina meninggal dunia dalam pertempuran tersebut dan lebih dari 1.000 orang mengalami luka-luka.
Media pemerintah Rusia dsisebut-sebut memberitakan konflik ini dengan sangat bersih dan sebagian besar justru berfokus pada penderitaan para pengungsi dari provinsi Donbas Timur, Ukraina. Provinsi ini disebut-sebut pro terhadap Rusia.
Advertisement
Peran Media Sosial di Tengah Konflik
Media sosial memang memainkan peranan dalam menginformasikan situasi serangan Rusia ini. Ada satu video yang beredar luas memperlihatkan rudal yang ditembakkan dari jet Rusia menyerang sebuah apartemen di Kyiv.
Gambar lain memperlihatkan penggunaan munisi tandan --bom yang dijatuhkan dari udara-- meski begitu informasi maupun video-video yang beredar belum diverifikasi kebenarannya.
Perlu diketahui, akses internet di Ukraina tetap aktif dan Twitter tidak diblokir di negara tersebut. Beberapa analis menyuarakan keprihatinan bahwa militer Rusia bisa merebut infrastruktur telekomunikasi dan memadamkan akses internet saat konflik meningkat.
Namun sejauh ini, pemadaman terjadi secara sporadis dan terlokalisasi di sekitar kota Kharkiv, Ukraina.
(Tin/Isk)
Infografis Rusia Vs Ukraina, Ini Perbandingan Kekuatan Militer
Advertisement