Liputan6.com, Jakarta - Kaspersky mengungkap, setidaknya 32.000 pengguna seluler telah dimata-matai kehidupan pribadinya menggunakan software alias stalkerware.
Menurut Kaspersky, stalkerware dan sejumlah teknologi lainnya kerap dipakai untuk memata-matai pasangan dalam hubungan toxic.
Baca Juga
Kronologi Kasus Pemerasan DWP: 18 Oknum Polisi Kini Diamankan
Gagal di Piala AFF 2024, Shin Tae-yong Yakin Timnas Indonesia Akan Sukses di SEA Games dan Kualifikasi Piala Asia U-23 2026
Hasil Liga Inggris Manchester United vs Bournemouth: Petir Menyambar 2 Kali di Old Trafford, Setan Merah Kembali Malu
Penelitian Kaspersky juga mengidentifikasi adanya kaitan antara kekerasan online dan offline. Sehingga isu adanya software mata-mata kehidupan pribadi (stalkerware) ini dianggap perlu ditangani secara komprehensif.
Advertisement
Berdasarkan laporan The State of Stalkerware in 2021 yang menganalisis penggunaan stalkerware di seluruh dunia, laporan ini memberi beberapa analisis tentang fenomena stalkerware dan penyalahgunaan teknologi.
Menurut Kaspersky, ada penurunan signifikan pada pengguna yang terpengaruh dibandingkan dengan data Kaspersky sejak 2018 dan penurunan 39 persen pada 2020. Namun, hal itu dianggap hanya puncak gunung es, artinya sebenarnya ada lebih banyak fenomena ini.
Bahkan perkiraan kasar dari Coalition Againts Stalkerware mengungkap, penggunaan software stalker bisa mendekati satu juta kasus secara global tiap tahunnya.
Membandingkan data hasil survei Digital Stalking yang dilakukan akhir 2021, ada hubungan antara kekerasan online dan offline.
Setidaknya, 24 persen orang yang disurvei pernah jadi korban penguntitan (stalked) menggunakan teknologi. Sementara, 25 persen pernah mengalami kekerasan atau pelecehan dari pasangan.
Menurut dua organisasi nirlaba, yakni NNEDV (Jaringan Nasional untuk Mengakhiri Kekerasan Dalam Rumah Tangga) dan WWP EN (Jaringan Eropa untuk Pemantauan Pelaku Kekerasan Dalam Rumah Tangga), penyalahgunaan yang didukung teknologi adalah masalah yang terus berkembang.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Stalker Manfaatkan Teknologi Digital untuk Menguntit
Project Safety Net NNEDV Toby Shulruff mengungkap, teknologi digital jadi alat yang ampuh bagi pelaku yang menggunakan kontrol paksaan dalam hubungan toxic di ranah offline.
Stalkerware, diketahui terus mempengaruhi korban di seluruh dunia. Menurut temuan Kaspersky, pengguna yang terdampak software stalker ini ada di lebih dari 185 negara dan wilayah. Antara lain di Rusia, Brasil, Amerika Serikat, hingga India.
Jerman menjadi satu-satunya negara Eropa dalam 10 negara yang terkena dampak paling besar.
Region lain yang juga banyak terdampak software penguntit ini adalah Amerika Utara, Amerika Latin, Eropa, Timur Tengah, dan Afrika. Selain itu juga Eropa Timur (kecuali negara-negara Uni Eropa), Rusia, Asia Tengah, dan kawasan Asia Pasifik.
Kaspersky yang merupakan pendiri Coallition Againts Stalkerware pun telah memberi pelatihan pada lebih dari 200 petugas penegak hukum mengenai maraknya stalkerware.
Advertisement
Tips Hindari Stalkerware
Selain itu Kaspersky juga mengembangkan tool opern-source gratis yang bertujuan untuk memfasilitasi pendeteksian stalkerware dengan cara sederhana, cepat, dan non-invasif pada perangkat korban. Tool ini bisa berjalan di OS apa pun tanpa diketahui si pelaku.
Berikut adalah tips Kaspersky melindungi diri dari stalkerware:
- Tetapkan kata sandi alfanumerik yang kompleks, minimal delapan karakter di smartphone. Jangan berikan kepada siapa pun dan ubah kata sandi ini secara teratur
- Berhati-hatilah dengan siapa yang memiliki akses fisik ke smartphone Anda.
- Pastikan download aplikasi hanya dari toko resmi. Sebelum mengunduh, cek komentar, rating, dan izin apa saja yang diminta oleh aplikasi
- Instal software keamanan di smartphone, pastikan software ini bisa mendeteksi stalkerware.
(Tin/Isk)
Â
Infografis 1 dari 4 Perempuan Mengalami Kekerasan Fisik atau Seksual. (Liputan6.com/Trieyasni)
Advertisement