Liputan6.com, Jakarta - Pejabat dari Meta Platforms mengungkap kalau perusahaan software mata-mata Israel Paragon Solutions menarget sejumlah pengguna WhatsApp, termasuk jurnalis hingga anggota masyarakat sipil.
Berdasarkan keterangan resmi dari pejabat Meta Platforms yang tidak disebutkan namanya, WhatsApp telah mengirim surat perintah penghentian operasional pada Paragon setelah adanya insiden peretasan itu.
Advertisement
Dalam pernyataan, WhatsApp mengatakan, "Perusahaan akan terus melindungi pengguna untuk berkomunikasi secara privat dan aman."
Advertisement
Mengutip Reuters, Senin (3/2/2025), perusahaan pembuat spyware Paragon menolak untuk memberikan komentarnya.
Sementara pejabat WhatsApp mengatakan pada Reuters, pihaknya mendeteksi upaya peretasan terhadap sekitar 90 pengguna.
Sayangnya, ia tidak merinci siapa saja pengguna yang turut menjadi korban peretasan WhatsApp dari software mata-mata Paragon ini. Namun sang sumber mengatakan, mereka yang jadi target berada di lebih dari 20 negara, termasuk beberapa orang pengguna di Eropa.
Modusnya, pengguna WhatsApp yang jadi korban ini dikirimi dokumen elektronik berbahaya yang tidak memerlukan interaksi pengguna untuk bisa mengambil alih perangkat.
Metode Peretasan Tanpa Klik dari Korban
Upaya semacam ini disebut sebagai peretasan metode zero-click alias tidak membutuhkan satu pun tindakan dari korban. Zero-click juga dianggap sangat tersembunyi.
Pejabat itu mengatakan, WhatsApp telah menghentikan upaya peretasan itu dan merujuk target ke kelompok pengawas internet Canada Citizen Lab.
Sayangnya, pejabat tersebut menolak membahas bagaimana mereka bisa menentukan Paragon bertanggung jawab atas peretasan ini. Ia mengatakan, kini penegak hukum dan mitra industri sudah diberi tahu tentang masalah ini namun menolak memberi rincian.
Sementara, FBI tak memberikan komentar atas hal ini.
Advertisement
Tool Mata-Mata Rugikan Privasi dan Keamanan Pengguna
Terlepas dari itu, Peneliti Citizen Lab John Scott Railton mengatakan, penemuan spyware Paragon yang menargetkan pengguna WhatsApp menjadi pengingat bahwa spyware bayaran terus berkembang dan lambat laun, pola penggunaannya kian bermasalah.
Pedagang software mata-mata seperti Paragon menjual perangkat lunak pengawasan kelas atas kepada klien pemerintah. Mereka biasanya menawarkan layanan mereka sebagai hal penting untuk memerangi kejahatan serta melindungi keamanan nasional.
Meski begitu, tool mata-mata seperti itu berulang kali ditemukan justru di perangkat milik jurnalis, aktivis, hingga politisi oposisi.
Setidaknya 50 pejabat AS menjadi target software semacam ini sehingga meningkatkan kekhawatiran atas penyebaran teknologi tersebut jadi tidak terkendali dan melanggar privasi.