Cara Optimalisasi Mesin Pencari dan Kelola Jejak Digital

Pemanfaatan mesin pencari harus dioptimalkan demi pengembangan keahlian digital.

oleh Iskandar diperbarui 16 Jul 2022, 17:30 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2022, 17:30 WIB
Ilustrasi Mesin Pencari, Google Search
Ilustrasi Mesin Pencari, Google Search. Kredit: Photo Mix via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Mesin pencari tak bisa dipungkiri sangat bermanfaat untuk mencari berbagai informasi di era digital saat ini. Apabila dimanfaatkan dengan baik, teknologi ini bisa berkontribusi terhadap peningkatan kapasitas sumber daya manusia yang berujung pada membaiknya produktivitas.

Namun demikian, para pengguna internet harus tetap berhati-hati dan menyaring semua informasi yang ada di jagat maya.

Managing Director D&D Consulting serta Founder Assessme.id, Ni Made Sudaryani, mengatakan pemanfaatan mesin pencari harus dioptimalkan demi pengembangan keahlian digital.

"Misalnya, penggunaan kata kunci yang efektif, penyaringan informasi, serta pemakaian fitur cek fakta. Aplikasi mesin pencari di dunia maya antara lain Google, Yahoo!, Yandex, Bing, Ask, serta Baidu," kata Ni Made dalam acara webinar 'Sejahtera Lewat Dunia Digital' yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, di Tarakan, Kalimantan Utara, belum lama ini.

Beberapa kiat yang dapat digunakan warganet untuk optimalisasi mesin pencari, ia menyarankan untuk memanfaatkan fitur tabs agar hasil pencarian lebih spesifik, gunakan tanda petik, pemakaian tanda strip untuk pengecualian objek, serta gunakan tanda titik dua untuk pencarian dari satu situs.

Selain memaksimalkan mesin pencarian, berbicara tentang digital skill juga harus tahu cara aman dalam bertransaksi di lokapasar.

"Pertama, pastikan menggunakan lokapasar yang terpercaya, memiliki fitur yang mendukung untuk berdiskusi dengan penjual ataupun resolusi apabila barang yang dibeli tidak sesuai, serta pastikan dana yang sudah ditransaksikan masih tersimpan di akun loka pasar sebelum barang diterima dengan baik,” tutur Ni Made menambahkan.

Sementara itu, Andi Widya Syadzwina yang dikenal sebagai penulis sekaligus Sekretaris Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) Sulawesi Selatan, mengatakan media sosial dapat menghubungkan warganet ke siapa saja dengan latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda-beda, oleh sebab itu etika tetap harus dijaga.

"Misalnya, dengan mendeteksi konten negatif, hentikan penyebarannya, serta hanya memproduksi konten yang bermanfaat. Beberapa contoh yang termasuk konten negatif di antaranya, ujaran kebencian, pelanggaran kesusilaan, berita bohong atau hoaks, serta hal-hal yang menyinggung suku, ras, dan agama," ujarnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Bijak dalam Berkomentar

Raksasa Search Engine Asal China Siap Gempur Indonesia
Baidu (The Verge)

“Kalau kita mau berkomentar di media sosial seseorang, hendaklah bijak dalam berkata-kata. Dalam berinteraksi dan berkomunikasi di dunia maya harus dipikirkan terlebih dahulu agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Jangan sampai ternyata kita melanggar UU ITE,” sambung Andi.

Dalam kesempatan sama, Ade Mardiah Hayati selaku Pandu Digital Indonesia Kominfo RI sekaligus Former GM Hotel, memaparkan terkait pengelolaan informasi, identitas, dan rekam jejak digital.

Ia menilai identitas digital merupakan kumpulan informasi tentang individu dan organisasi yang tersedia secara daring.

Beberapa cara untuk melindungi data pribadi antara lain, menggunakan mode incognito saat berselancar, menggunakan kata sandi yang unik dan sulit ditebak, berhati-hati saat menggunakan jaringan wifi, serta mewaspadai tautan phishing.

Ade menambahkan, seluruh aktivitas warganet di media sosial dan berselancar di internet akan meningkatkan jejak digital di dunia maya, sehingga harus bijak dalam penggunaannya.

“Rekam jejak digital punya sisi manfaat, seperti bisa digunakan untuk personal branding atau company branding, sebagai bahan pertimbangan dalam proses rekrutmen, promosi bisnis dan usaha, serta melihat calon klien bisnis,” Ade memungkaskan.

Diskominfo Papua Ajak Warga Cegah Penyebaran Hoaks di Media Sosial

Di sisi lain, Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo ) Provinsi Papua mengajak, warga bersama-sama menciptakan ekosistem yang sehat pada dunia digital, salah satunya dengan mencegah penyebaran konten negatif dan hoaks.

Kepala Dinas Kominfo Papua, Jeri Agus Yudianto mengatakan, saat ini penggunaan internet di Papua terus mengalami peningkatan. 

"Beragam informasi di media sosial dalam bentuk penipuan, pornografi, hoaks, dan lain sebagainya menjadikan masalah bagi para pengguna internet atau media sosial," kata Jeri dilansir dari Antara, Kamis (14/7/2022).

Untuk itu, pihaknya mengajak, masyarakat untuk bijak dalam mengakses internet dan memanfaatkan media sosial.

"Untuk itu kami menciptakan agen-agen cakap digital pada tingkat kampung sebagai salah satu upaya agar mengajak masyarakat bijak dalam mengakses internet," ucap dia.

Jeri berharap, agen cakap digital ini dapat mendorong pemanfaatan internet untuk menggerakkan sektor ekonomi dan produktivitas masyarakat.

"Contohnya dengan membuat konten-konten ekonomi kreatif dan pariwisata sehingga dapat menciptakan nilai tambah bagi wilayahnya," katanya.

Ke depan, pihaknya akan terus menyediakan fasilitas layanan internet gratis, khususnya di kampung-kampung yang terjangkau dengan infrastruktur pemerintah.

"Secara bertahap kami akan menyediakan fasilitas itu sesuai infrastruktur yang ada," tutur Jeri.

Infografis Mekanisme Virtual Police Awasi Pengguna Media Sosial. (Liputan6.com/Trieyasni)

Infografis Mekanisme Virtual Police Awasi Pengguna Media Sosial. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Mekanisme Virtual Police Awasi Pengguna Media Sosial. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya