Liputan6.com, Jakarta - AWS (Amazon Web Services) mengungkapkan komitmennya untuk memberikan layanan terbaiknya kepada pelanggan di dunia.
Karena itu, ketika AWS berinovasi kepentingan pelanggan pun selalu dinomorsatukan. Untuk mecapai misi ini, perusahaan percaya inovasi tidak boleh berhenti.
Baca Juga
Priya Lakshmi, Head of Startup Business, ASEAN, AWS, mengungkap prinsip ini. Dia mengatakan, inovasi dimulai dan diakhiri dengan pelanggan.
Advertisement
"Mencari tahu apa yang pelanggan butuhkan, inginkan, dan di mana merepa pikir dapat ditingkatkan, Amazon memahami secara mendalam situasi dan konteks mereka untuk berinovasi bagi pelanggan," katanya.
Dia menjelaskan, "Di Amazon, kami melakukannya dengan cara mengelompokkan inovasi di sepanjang empat pilar berbeda, yakni budaya, organisasi, arsitektur, dan mekanisme."
“Budaya mengacu pada perekrutan orang-orang untuk mengoperasikan sistem inovasi sesuai dengan sistem kepercayaan umum kami," ujarnya.
Pilar kedua yang mendorong inovasi adalah organisasi, bagaimana mengatur bisnis agar cepat dan lincah?.
"Ini bisa menjadi perbedaan besar antara startup dan perusahaan tradisional, dan merupakan salah satu faktor utama yang memungkinkan mereka tumbuh dengan cepat,” papar Priya.
Amazon sendiri memiliki istilah unik untuk mengatur SDM agar dapat mengoptimalkan inovasi dan eksekusi ide, yang disebut dengan two-pizza teams.
Menurut analogi ini, sebuah tim tidak boleh menghabiskan lebih dari dua porsi pizza; dengan kata lain, masing-masing tim terdiri dari 10 orang atau kurang.
"Karena tim yang berukuran lebih kecil dapat membuat keputusan dengan lebih cepat, konsep two-pizza teams dipercaya semakin mendorong inovasi untuk para pelanggannya."
Empat Pilar Inovasi AWS
Kemudian ada Arsitektur, yang dibangun di atas teknologi cloud mendukung dan mempercepat laju inovasi. Elemen terakhir adalah Mekanisme.
"Didasari pemikiran dan eksekusi inovatif yang berpusat pada pelanggan, alias Proses Bekerja Mundur. Kami menggunakan mekanisme ini untuk memastikan, kami membangun hal yang benar bagi pelanggan dan setiap inovasi kami berpusat pada pelanggan,” tegasnya.
Salah satu bukti kesuksesan budaya inovasi Amazon untuk membantu startup di Indonesia mencapai tujuan mereka adalah Shipper.
Diketahui, Shipper adalah perusahaan logistik digital asal Indonesia yang diklaim saat ini sedang mengalami pertumbuhan pesat.
Jessica Hendrawidjaja, Chief Marketing Officer, Shipper, menyebutkan, Shipper memiliki cita-cita memampukan pertumbuhan bisnis lokal, dari UKM hingga perusahaan besar, dengan menyediakan akses ke jaringan rantai pasok dan logistik yang terintegrasi.
Hingga saat ini, Shipper telah mendukung lebih dari 30.000 UKM yang tersebar di 35 kota. Jessica mengatakan, Shipper telah bermitra dengan AWS sejak perusahaan berdiri pada tahun 2017 silam.
"Ketika bisnis baru mulai berjalan, dengan jumlah karyawan kurang dari 20 orang, kami mengambil keputusan untuk ikut serta dalam program AWS Activate," ucapnya.
Melalui program tersebut, Jessica dan tim menerima dukungan berbentuk AWS Credits sebesar 100 ribu dolar AS untuk membantu mengembangkan bisnis mereka.
Advertisement
Shipper Adopsi Konsep Bekerja Mundur
“Hingga saat ini AWS terus aktif dalam memberikan kami pelatihan, dukungan, dan saran, kapan pun kami membutuhkannya. Kini, dengan jumlah karyawan lebih dari 900 orang, AWS pun masih bersama Shipper dan berkomitmen tinggi untuk mendukung pertumbuhan kami pada masa depan.”
Konsep Bekerja Mundur untuk mencapai tujuan yang diinginkan sangat penting bagi Shipper untuk selalu mengetahui apa yang dibutuhkan pelanggan.
"Ketika pelanggan perlu merampingkan dan mengintegrasikan aliran komunikasi maupun sistem pelacakan mereka, Shipper mendengarkan pelanggan dengan cermat dan memberikan solusi yang mereka butuhkan."
“Prinsip customer obsession (terobsesi dengan pelanggan) merupakan salah satu filosofi Amazon dan AWS yang tercermin di bisnis Shipper," kata Jessica.
Jessica menjelaskan, Shipper selalu memikirkan dan mencari tahu apa saja inovasi yang dapat diluncurkan untuk membantu pelanggan.
"Kami percaya, ketika kami memiliki mentalitas berpusat pada pelanggan, maka bisnis kami berada dalam jalur yang tepat,” pungkas Jessica.
(Ysl/Isk)