Liputan6.com, Jakarta - Mengepalai beberapa perusahaan besar, Elon Musk mengungkapkan dirinya ternyata tidak ingin menjadi CEO di mana pun, termasuk di Twitter yang baru-baru ini ia ambil alih.
Hal ini diungkapkannya dalam kesaksian di persidangan pada hari Rabu waktu setempat, terkait paket kompensasi besarnya di Tesla.
Baca Juga
Persidangan ini dimulai pada senin dan berfokus pada apakah dewan direktur Tesla bertindak dengan tepat ketika menyetujui paket pembayaran untuk Musk yang sekarang bernilai sekitar USD 52 miliar, pada harga saham baru-baru ini.
Advertisement
Namun, kesaksian Musk juga meluas ke topik lain termasuk gelarnya, bagaimana dia menghabiskan waktunya, dan apakah dia mabuk saat memberikan gelar ke dirinya sendiri sebagai "technoking" Tesla di 2021.
"Saya terus terang tidak ingin menjadi CEO perusahaan mana pun," kata Musk saat menjawab pertanyaan dari pengacara yang mewakili Tesla, dikutip dari The Verge, Kamis (17/11/2022).
Musk menjelaskan mengapa tidak tidak menyukai gelar CEO di berbagai perusahaan, mencatat dia tidak memandang perannya sebagai kepala eksekutif seperti biasanya.
"Di SpaceX, saya benar-benar bertanggung jawab atas rekayasa roket dan Tesla atas teknologi di dalam mobil yang membuatnya sukses," kata Elon.
Elon mengatakan lebih lanjut bahwa CEO sering dipandang sebagai peran yang berfokus pada bisnis.
"Tetapi kenyataannya, peran saya lebih dari seorang insinyur yang mengembangkan teknologi dan memastikan kami mengembangkan teknologi terobosan dan kami memiliki tim insinyur luar biasa yang dapat mencapai tujuan tersebut," imbuh Elon Musk.
Â
Mau Kurangi Waktu di Twitter
Elon juga menegaskan kembali dia tidak berniat untuk tetap menjadi CEO Twitter selamanya, serta bakal mencari orang untuk menjalankan media sosial itu.
Keinginan tersebut sebetulnya juga sempat diungkapkannya kepada investor, di mana ia memperkirakan hanya akan jadi CEO untuk sementara.
"Saya berharap untuk mengurangi waktu saya di Twitter dan mencari orang lain untuk menjalankan Twitter dari waktu ke waktu," kata Elon.
James Murdoch, mantan anggota dewan Tesla, dalam kesaksikannya di kemudian hari, juga menyebut bahwa Elon sudah berpikir untuk mengundurkan diri sebagai CEO Tesla.
Musk juga telah secara khusus mengemukakan siapa yang diinginkannya untuk menggantikannya sebagai CEO Tesla, tetapi tidak diminta oleh pengacara penggugat untuk menyebutkan nama orang itu.
Selain Tesla, Elon Musk juga diketahui memimpin beberapa perusahaan besar lainnya di antaranya The Boring Company, SpaceX, Twitter, dan Neuralink.
Advertisement
Elon Musk Ungkap Twitter Berisiko Bangkrut
Sebelumnya, Elon Musk dilaporkan baru berkomunikasi kepada para karyawan Twitter usai dua minggu mengambil alih perusahaan tersebut. Dalam komunikasi pertamanya pada para karyawan, CEO Tesla itu banyak membicarakan kondisi perusahaan.
Salah satunya, menurut laporan The Information dan Platformer, Elon Musk terang-terangan menyebut Twittter telah kehilangan banyak uang. Karenanya, tidak tertutup kemungkinan perusahaan akan mengalami kebangkrutan (bangkrut).
Mengutip informasi dari Engadget, Sabtu (12/11/2022), Twitter memang belum menghasilkan keuntungan sejak 2019. Bahkan, ketika Elon Musk mengambil alih perusahaan, pendapatan iklan menurun secara signifikan, karena banyak pengiklan mundur.
Dengan kondisi ini, Musk menuturkan, perusahaan akan memiliki arus kas negatif hingga beberapa miliar dolar di tahun depan. Untuk itu, ia menyebut masa depan perusahaan akan bergantung pada layanan Twitter Blue yang kini hadir dengan sejumlah fitur baru.
Â
Menjaga Twitter Tetap Hidup
"Alasan kami cukup keras (menghadirkan) pelanggan adalah untuk menjaga Twitter tetap hidup," tuturnya. Di samping itu, sejumlah petinggi perusahaan dilaporkan telah mengundurkan diri.
Beberapa di antaranya yang diketahui sudah mengundurkan diri adalah Chief Information Security Officer, Chief Privacy Officer, dan Chief Compliance Officer. Menyusul kemudian, ada Head of Trust and Safety Yoel Reth dan VP of Client Solutions Robin Wheeler.
Topik lain yang dibahas Elon Musk dalam pesannya tersebut adalah larangan karyawan Twitter melakukan WFH (Work From Home). Ia menegaskan, karyawan harus menghabiskan 40 jam seminggu di kantor, kecuali jika ada izin dari manajemen.
(Dio/Isk)
Advertisement