Apple Pangkas Karyawan di Sektor Ritel, Tapi Tak Ada PHK Massal

Meski Apple memangkas karyawan ritel, namun sejauh ini, belum ada kabar mereka bakal melakukan PHK besar-besaran

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 25 Jan 2023, 13:00 WIB
Diterbitkan 25 Jan 2023, 13:00 WIB
Apple Store
Apple Store. Kredit: Michael Gaida via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Di tengah tren Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di sektor teknologi, Apple dilaporkan ikut memangkas pekerja non-musiman di saluran ritelnya di luar Apple Store.

Meski begitu, sejauh ini, belum ada kabar atau pengumuman mengenai PHK besar-besaran di Apple, seperti perusahaan-perusahaan teknologi raksasa lainnya.

Informasi soal PHK karyawan ritel Apple dilaporkan Apple Insider, berdasarkan sebuah email yang mereka terima, lalu diverifikasi ke narasumber yang mengetahui masalah itu.

Dikutip dari Phone Arena, Rabu (25/1/2023), Apple Insider memverifikasi bahwa yang terdampak pemangkasan dari pembuat iPhone itu bukanlah karyawan musiman mengingat kontrak mereka sudah berakhir.

Tambahan informasi, karyawan musiman adalah pekerja yang dipekerjakan oleh Best Buy dan Apple pada saat puncak penjualan, yang diharapkan dapat menangani permintaan tambahan dari pembeli.

Tidak diketahui berapa persentase tenaga kerja ritel Apple yang akan terkena PHK ini.

Dikutip dari Apple Insider, belum ada pemberitaan atau pengumuman soal PHK massal di Apple seperti yang terjadi di raksasa teknologi lain. Namun bulan November 2022 lalu, CEO Apple Tim Cook, mengatakan perusahaan memperlambat proses perekrutan.

"Apa yang kami lakukan sebagai konsekuensi dari periode ini adalah kami sangat berhati-hati dalam perekrutan kami," kata bos Apple tersebut.

"Itu berarti kami terus merekrut, tetapi tidak di semua tempat di perusahaan kami merekrut," pungkasnya.

 

Alasan Apple Tak Ada PHK Massal

Ilustrasi meja kerja, lampu meja
Ilustrasi meja kerja, lampu meja. (Photo by Pixabay: https://www.pexels.com/photo/silver-apple-macbook-on-brown-wooden-table-265072/)

Mengutip 9to5mac, kemungkinan ada tiga alasan Apple tidak mengalami PHK besar-besaran seperti yang dilakukan Google atau Meta.

Wall Street Journal (WSJ) menulis, Apple tampaknya lebih berhati-hati daripada perusahaan teknologi lain soal ekspansi. Menurut mereka, perekrutan di perusahaan itu lebih terkendali.

Sementara, raksasa teknologi lain meningkatkan jumlah karyawan mereka di kisaran 57 sampai 100 persen.

Dari akhir tahun fiskal pada September 2019 hingga September 2022, tenaga kerja Apple tumbuh sekitar 20 persen menjadi sekitar 164 ribu karyawan penuh waktu.

Sementara itu, selama periode yang kurang lebih sama, jumlah karyawan di Amazon meningkat dua kali lipat, Microsoft naik 53 persen, induk Google Alphabet Inc. meningkat 57 persen dan Meta membengkak 94 persen.

 

Menghindari Kesalahan Seperti Google dan Meta

iPhone 6 dan 6s
Ilustrasi iPhone 6 dan 6s (Sumber: Pixabay)

Kedua, Apple menghindari kesalahan yang sama dengan Meta dan Google, mempekerjakan banyak staf untuk proyek yang sepertinya tidak akan menghasilkan keuntungan dalam waktu dekat.

Apple memang mempekerjakan orang untuk proyek yang masa depannya kurang pasti seperti Apple Headset dan Apple Car, tapi dalam skala yang jauh lebih kecil daripada pesaing teknologinya.

WSJ juga mengatakan, Apple membelanjakan lebih sedikit untuk tunjangan karyawan dibandingkan perusahaan lain. Di Apple Park misalnya, karyawan membayar makan siang sendiri di kantin, tidak gratis seperti di Google.

Namun, argumen tersebut tampak berlebihan. Hal ini karena biaya insentif karyawan relatif kecil dan sebenarnya dapat berdampak positif pada laba, dengan membantu rekrutmen dan retensi.

PHK di Apple memang bisa saja terjadi. Namun, laporan itu menunjukkan perusahaan dapat mengurangi jumlah karyawan melalui pengurangan, ketimbang pemecatan: hanya tidak mengganti orang yang meninggalkan perusahaan.

Apple Potong Kompensasi untuk Tim Cook

iPhone 13.
Ilustrasi iPhone 13. (GVLR / Shutterstock.com)

Kompensasi Apple untuk sang CEO Tim Cook dipotong hingga lebih dari 40 persen besarnya. Yang mengejutkan, keputusan tersebut adalah rekomendasi dari Tim Cook sendiri.

Mengutip The Verge, Sabtu (14/1/2023), Cook memang menargetkan kompensasinya akan berkurang hingga USD 35 juta atau setara Rp 530,4 miliar.

Pasalnya berdasarkan pengajuan peraturan baru, total penghasilan yang didapatkan Tim Cook turun dari USD 84 juta (setara Rp 1,2 triliun) di tahun 2022 menjadi USD 49 juta (setara Rp 742,6 juta) pada 2023. Penurunan tersebut terhitung lebih dari 40 persen.

Perubahan tersebut seluruhnya berasal dari penyesuaian nilai penghargaan ekuitasnya, yang merupakan bagian terbesar dari total kompensasi untuk Cook.

Pada 2022, nilai penghargaan ekuitas itu diperkirakan mencapai USD 75 juta, tetapi tahun ini perkiraan tersebut turun menjadi USD 40 juta. Meski begitu, gaji pokok Cook sebesar USD 3 juta dan insentif tahunannya sebesar USD 6 juta akan tetap sama, lapor Bloomberg.

Untuk menetapkan gaji baru Cook, Komite Kompensasi di dewan Apple menyeimbangkan feedback para pemegang saham, kinerja Apple yang luar biasa, serta rekomendasi dari Tim Cook. Dari perhitungan di atas, alhasil kompensasi untuk Cook pada tahun 2023 bisa berbeda.

Terlepas dari pemotongan kompensasi bagi sang CEO Apple, Komite Kompensasi Apple menyebut, Apple punya performa yang sangat baik pada 2022 di bawah kepemimpinan Tim Cook. Tim Cook memimpin Apple sejak 2011.

Menurut pengajuan perusahaan, Tim Cook yang mengusulkan perubahan tersebut dan disetujui pemegang saham. Perusahaan juga mengurangi jumlah unit saham terbatas yang akan diterima Tim Cook jika dia pensiun sebelum 2026.

(Dio/Isk)

Infografis Keuntungan iPhone terhadap Apple (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Keuntungan iPhone terhadap Apple (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya