Pendiri Apple Steve Wozniak: AI Membuat Penipuan Lebih Sulit Dikenali

Salah satu pendiri Apple, Steve Wozniak, memperingatkan potensi bahaya AI yang mampu mempersulit penipuan dan kesalahan informasi untuk dikenali.

oleh Dinda Charmelita Trias Maharani diperbarui 09 Mei 2023, 12:53 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2023, 12:53 WIB
[Bintang] Steve Wozniak
Steve Wozniak. Foto: via technmarketing.com

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu pendiri Apple, Steve Wozniak, memperingatkan potensi bahaya yang ditimbulkan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

Teknologi yang sedang ramai dikembangkan banyak perusahaan ini dinilai dapat membuat penipuan dan kesalahan informasi lebih sulit dikenali.

Berdasarkan keterangannya yang dikutip dari BBC, Selasa (9/5/2023), teknologi AI dikhawatirkan akan disalahgunakan oleh aktor jahat. Menurutnya, konten AI harus diberi label dengan jelas agar tidak menipu orang. Selain itu, sektor ini juga memerlukan regulasi yang tepat.

Pada Maret lalu, pelopor komputasi ini juga menandatangani surat bersama Elon Musk untuk menyerukan pemberhentian sementara atau jeda dalam pengembangan model AI. 

Sebagai informasi, Steve Wozniak, atau yang lebih dikenal di dunia teknologi sebagai Woz, ini merupakan seorang veteran Silicon Valley. Ia ikut terlibat dalam proses pendirian Apple bersama Steve Jobs dan menjadi orang pertama yang menemukan komputer Apple.

Di sisi lain, editor Teknologi BBC, Zoe Kleinman, juga mengungkapkan kekhawatirannya tentang bahaya AI.

“AI sangat cerdas sehingga terbuka untuk pemain jahat, yang ingin menipu kamu tentang siapa mereka,” ujar Kleinman, dikutip dari BBC, Selasa (9/5/2023).

Teknologi AI saat ini telah berkembang dalam bentuk chatbot yang mampu memahami pertanyaan dan merespons dengan jawaban seperti manusia. Tak hanya itu, sistemnya juga mampu mengenali objek dan gambar.

Kendati demikian, Wozniak tidak percaya bahwa AI akan menggantikan manusia karena tidak memiliki emosi. Akan tetapi, ia mengingatkan bahwa ini akan membuat aktor jahat semakin meyakinkan.

Hal tersebut salah satunya diakibatkan oleh berkembang pesatnya program seperti ChatGPT yang mampu membuat teks dengan bahasa natural dan berkesan sangat cerdas. 

Manusia Harus Bertanggung Jawab terhadap Hasil Buatan AI

Ilustrasi Artificial Intelligence (AI), Machine Learning (ML)
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI), Machine Learning (ML). Kredit: Gerd Altmann from Pixabay

Menurutnya, manusia harus bertanggung jawab atas apa pun yang dihasilkan oleh AI dan kemudian diposting ke publik. Ia juga menginginkan regulasi yang mewajibkan pertanggungjawaban perusahaan teknologi besar.

Akan tetapi, nampaknya Wozniak tidak yakin apakah pihak regulator akan menggarap aturan yang mengatur teknologi AI ini dengan benar.

“Saya pikir kekuatan yang mendorong uang biasanya menang, yang agak menyedihkan,” ungkap Wozniak.

Di samping itu, Wozniak beranggapan pihaknya tidak dapat menghentikan teknologi. Namun, ia menyatakan, telah menyiapkan orang dengan keterampilan tertentu dan terdidik untuk menemukan penipuan dan aksi jahat yang dapat mencuri informasi pribadi.

Sementara itu. minggu lalu, Tim Cook selaku bos Apple saat ini, mengatakan kepada investor bahwa penting untuk sadar dan bijaksana dalam mengembangkan AI. 

“Kami memandang AI sebagai sesuatu yang besar, dan kami akan terus menerapkannya dalam produk kami dengan sangat dasar pemikiran," tutur Cook.

Pakar AI Geoffrey Hinton Juga Ingatkan Soal Bahaya Kecerdasan Buatan

Artificial Intelligence.
Ilustrasi artificial intelligence. (Foto: Shutterstock)

Di sisi lain, pakar AI yang dijuluki sebagai salah satu "Godfathers of AI", Geoffrey Hinton, memutuskan untuk berhenti dari Google.

Kepada The New York Times, pria berusia 75 tahun itu mengatakan dia juga berhenti dari Google agar lebih bisa berbicara dengan bebas tentang risiko dan bahaya AI.

"Saya menghibur diri dengan alasan biasa: Jika saya tidak melakukannya, orang lain akan melakukannya," kata Hinton, seperti dikutip dari The Verge, Kamis (4/5/2023).

"Sulit untuk melihat bagaimana Anda dapat mencegah aktor jahat menggunakannya untuk hal-hal buruk," ujar pria yang telah bekerja di Google selama lebih dari satu dekade itu.

Geoffrey Hinton memberi tahu Google tentang pengunduran dirinya pada bulan lalu. Dia juga telah berbicara dengan sang CEO Sundar Pichai, meski rincian pembicaraan keduanya tidak diungkapkan.

Risiko Memenuhi Dunia dengan Gambar dan Tulisan Palsu

Ilustrasi AI. Credit Gertruda Valaseviciute/Unsplash
Ilustrasi AI. Credit Gertruda Valaseviciute/Unsplash

Hinton juga mengatakan, persaingan sengit mungkin tidak mungkin dihentikan, bahkan bisa menghasilkan dunia dengan banyaknya gambar dan teks palsu, hingga tidak ada yang bisa mengatakan "apa yang benar lagi."

Melalui Twitter, Hinton juga menambahkan dirinya cabut dari Google bukan agar dirinya bisa mengkritik perusahaan itu.

"Sebenarnya, saya pergi agar saya bisa berbicara tentang bahaya AI tanpa mempertimbangkan bagaimana dampaknya terhadap Google. Google telah bertindak sangat bertanggung jawab," cuitnya.

Sementara itu, Kepala ilmuwan Google, Jeff Dean, juga mengatakan bahwa mereka akan tetap berkomitmen pada pendekatan AI yang bertanggung jawab. "Kami terus belajar untuk memahami risiko yang muncul sambil berinovasi dengan berani," ujarnya.

Dalam wawancaranya dengan The New York Times, Hinton mengatakan penyebaran informasi yang salah, hanyalah perhatian langsungnya.

Beragam Model Kejahatan Siber
Infografis Kejahatan Siber (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya