Perhatian! Akun Google Anda Terancam Hilang Selamanya Jika Tak Aktif Selama 2 Tahun Berturut-turut

Apakah Anda tahu bahwa akun Google Anda bisa dihapus jika tidak aktif selama 2 tahun? Simak kebijakan baru Google untuk akun tak aktif dan cara menghindari kehilangan data penting Anda.

oleh Yuslianson diperbarui 08 Agu 2023, 13:30 WIB
Diterbitkan 08 Agu 2023, 13:30 WIB
Google
Ilustrasi Google yang terancam diblokir apabila belum mendaftar PSE. (Sumber foto: Pexels.com).

Liputan6.com, Jakarta - Apakah Anda punya akun Google tetapi sudah lama tak terpakai? Jika ya, maka ada baiknya Anda login ke akun Google sesekali.

Kenapa? Karena Google telah mengumumkan kebijakan baru terkait akun layanan mereka jika tidak aktif selama 2 tahun berturut-turut.

Kebijakan Baru Google untuk Akun Tak Aktif

Mengutip postingan blog produk manager Google, Ruth Kricheli, Selasa (8/8/2023), akun Google tak aktif terancam hilang selamanya atau dihapus seluruhnya.

Kebijakan baru ini baru akan berlaku paling cepat hingga Desember 2023. Karena itu, Anda memiliki waktu untuk login ke akun Google lama.

Dilansir 9to5Google, alamat Gmail yang dihapus tidak akan bisa digunakan kembali. Akan tetapi, kebijakan baru ini tidak berlaku bagi pengguna Google yang telah mengunggah video di YouTube.

Google juga menyebutkan, “kami tidak memiliki rencana untuk menghapus akun dengan video YouTube saat ini.”

Definisi Aktif Berdasarkan Google

Lalu bagaimana cara Google mendefinisikan aktivitas dan tidak menghapus akun milik pengguna? Akun Google dianggap aktif jika melakukan salah satu tindakan berikut:

  • Baca atau kirim email
  • Pakai Google DriveNonton video YouTube
  • Berbagi foto
  • Unduh aplikasi
  • Pakai Google Search atau pencarian Google
  • Gunakan akun Google untuk masuk ke layanan atau aplikasi pihak ketiga

Perlu diingat, aktivitas ini berhubungan dengan akun Google bukan dari perangkat. Jadi, Anda bisa pakai perangkat apa saja asalkan login ke akun Google.

Jika punya lebih dari satu akun Google, maka pastikan masing-masing akun tersebut dipakai dalam periode 2 tahun bila tidak ingin akun Google dihapus.

 

Dampak Penghapusan Akun Google

Ilustrasi Mesin Pencari, Google Search. Kredit: Photo Mix via Pixabay

Apa yang terjadi ketika akun Google Anda tidak digunakan dalam jangka waktu 2 tahun ini? Karena dianggap tidak aktfi, maka semua konten dan datanya akan dihapus.

Hal ini bisa berdampak buruk bagi Anda, terutama jika Anda menyimpan data penting di akun Google Anda, seperti foto, dokumen, kontak, atau email.

Selain itu, Anda juga bisa kehilangan akses ke layanan atau aplikasi yang terhubung dengan akun Google Anda, seperti YouTube, Google Play, Google Photos, atau Gmail.

Cara Mencegah Penghapusan Akun Google

Sebelum ini terjadi, Google akan memberikan kesempatan kepada pengguna untuk mengambil tindakan.

Google menyebutkan, mereka akan mengirim notifikasi email ke akun Google Anda.

Anda bisa mencegah penghapusan akun Google Anda dengan beberapa cara, seperti:

  • Login ke akun Google Anda secara teratur, setidaknya sekali setiap 24 bulan.
  • Gunakan akun Google Anda untuk melakukan aktivitas yang dianggap aktif oleh Google, seperti yang sudah disebutkan di atas.
  • Pertahankan langganan Google One atau layanan lainnya yang terkait dengan akun Google Anda.
  • Unduh data atau konten yang ada di akun Google Anda.
  • Hapus akun Google Anda secara manual jika Anda tidak ingin menggunakannya lagi.

Jangan biarkan akun Google Anda hilang begitu saja! Segera login dan gunakan akun Google Anda sebelum terlambat!

Presiden Joe Biden Sepakat dengan Bos Google Soal Perlunya Regulasi AI

Lebih lanjut, Presiden Amerika Serikat Joe Biden bersama tujuh bos perusahaan teknologi AS sepakati tentang perlunya keamanan dalam pengembangan teknologi kecerdasan buatan atau AI.

Adapun ketujuh perusahaan teknologi tersebut adalah Amazon, Anthropic, Google, Inflection, Meta, Microsoft, dan OpenAI. Ketujuh bos serta petinggi perusahaan tersebut bertemu dengan presiden Joe Biden di White House belum lama ini.

Pertemuan antara para bos perusahaan teknologi dengan Joe Biden merupakan bentuk dukungan para pemimpin terhadap perancangan pedoman aturan terkait AI, guna meminimalisasi penyalahgunaan dan bias dalam AI.

Hal ini seiring dengan meningkatnya kekhawatiran tentang penyalahgunaan kecerdasan buatan.

Biden pun berkata, "pedoman tersebut berupaya untuk memastikan produk yang dibuat perusahaan teknologi bersifat aman dan apa adanya."

Joe Biden menggarisbawahi tiga prinsip dasar yang diperlukan, yakni keselamatan, keamanan, dan kepercayaan.

Dengan pertemuan ini, sesuai perjanjian yang dikeluarkan Gedung Putih, perusahaan akan menempatkan sistem kecerdasan buatan baru melalui pengujian internal dan eksternal sebelum dirilis dan meminta tim luar untuk menyelidiki sistem mereka.

Hal ini dilakukan untuk mengetahui kelemahan, keamanan, hingga kecenderungan diskriminatif dan risiko artificial intelligence terhadap hak atau keselamatan orang Amerika.

Perusahaan-perusahaan teknologi juga berkomitmen pada metode untuk melaporkan kerentanan pada sistem mereka.

Komitmen Perusahaan Teknologi Terhadap Keamanan AI

Ilustrasi ChatGPT, chatbot AI generatif yang mampu ciptakan malware canggih. (unsplash/Choong Deng Xiang)

Perusahaan juga bakal memakai watermark digital untuk membantu membedakan foto dan video asli serta gambar yang dihasilkan AI alias deepfake.

Langkah pertemuan Joe Biden dengan perusahaan dilakukan di tengah kekhawatiran maraknya konten palsu yang dianggap sebagai kenyataan dan kekhawatiran akan bias terhadap kaum konservatif.

AI tool ini memungkinkan teknologi yang berkembang untuk menulis teks mirip manusia dan meyakinkan. Juga menghasilkan gambar baru yang memungkinkan kampanye disinformasi.

Google dkk disebut telah sepakat untuk secara terbuka melaporkan kelemahan dan risiko dalam teknologi mereka. Termasuk pada keadilan dan bias.

"Kita perlu memastikan perusahaan melakukan pengujian produk mereka saat mengembangkannya dan sebelum merilisnya, guna memastikan bahwa mereka tidak memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan. Misalnya rentan terhadap serangan dunia maya atau dipakai untuk mendiskriminasi orang-orang tertentu," kata Kepala Staf Gedung Putih Jeff Zients.

Terlepas dari itu, langkah pemerintah Biden ini dipandang sebagai cara cepat mengatasi kemungkinan risiko agar Congress AS meluluskan regulasi di bidang teknologi AI.

Gedung Putih sendiri sudah mulai terlibat dalam debat yang berkembang mengenai teknologi AI.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya