Liputan6.com, Jakarta - YouTube dilaporkan tengah melakukan negosiasi dengan sejumlah label rekaman besar seperti Sony, Warner, hingga Universal. Negosiasi ini dilakukan untuk mendapatkan lisensi dari lagu-lagu milik label rekaman tersebut.
Mengutip informasi dari The Financial Times, Kamis (27/6/2024), lisensi itu dibutuhkan YouTube untuk melatih tool kecerdasan buatan (AI) yang bisa menghasilkan musik dengan gaya artis popular.
Baca Juga
YouTube dikabarkan menawarkan pembayaran tunai pada label rekaman dan musisi agar mengizinkan musik mereka digunakan untuk melatih software AI. Namun, langkah ini menuai kontroversi di kalangan musisi.
Advertisement
Banyak musisi yang khawatir kalau AI generatif bisa mengurangi nilai karya mereka dan melanggar hak cipta. Untuk diketahui, YouTube telah menguji coba alat AI generatif di tahun lalu.
Dengan tool tersebut, pengguna dimungkinkan membuat klip musik pendek cukup dengan memasukkan perintah teks.
Tool ini dirancang untuk meniru suara dan lirik penyanyi terkenal, tapi dilaporkan hanya 10 musisi yang setuju berpartisipasi dalam fase uji coba.
Untuk itu, di tahun ini, kabarnya platform video milik Google itu berencana meluncurkan tool baru di tahun ini dan berharap bisa mengajak lebih banyak musisi yang bisa bergabung.
Meski masih kontroversial, penggunaan AI dalam industri musik sebenarnya masih terus berkembang dan dipelajari.
Beberapa perusahaan kecerdasan buatan (AI) telah menandatangani perjanjian lisensi dengan grup media untuk melatih large language model mereka.
YouTube Blokir Trik Pembayaran Langganan Premium Lewat VPN
Di sisi lain, YouTube baru saja memblokir trik pembayaran langganan yang menggunakan Virtual Private Network (VPN). Hal tersebut dilakukan agar pengguna membayar biaya YouTube Premium sesuai dengan lokasi negara pengguna.
Sebagai informasi, biaya berlangganan YouTube Premium bervariasi tergantung negara.
Hal tersebut dilakukan karena Google telah mensurvei rata-rata penghasilan pengguna di seluruh dunia, sehingga YouTube mematok biaya layanan Premium yang menyesuaikan pendapatan pengguna tergantung lokasi negara.
Contohnya, pengguna di AS yang ingin berlangganan YouTube Premium wajib membayar biaya sebesar USD 13.99 (sekitar Rp 230 ribu), di Swiss pengguna perlu membayar USD 18 (sekitar Rp 296 ribu) per bulan, di Inggris dengan harga mencapai USD 16.50 (sekitar Rp 271 ribu).
Biaya tersebut terbilang sangat tinggi. Sebaliknya, biaya YouTube Premium di beberapa negara, khususnya negara berkembang jauh lebih murah.
Sebagai contoh, di Filipina, biaya langganan layanan tersebut hanya USD 2.83 (sekitar Rp 46 ribu). Bahkan, di Argentina, pengguna hanya perlu membayar biaya USD 1 (sekitar 16 ribu) untuk menikmati YouTube Premium.
Perbedaan biaya berlangganan itu banyak disadari oleh pengguna. Mereka akhirnya memakai trik baru agar biaya berlangganan YouTube Premium lebih murah, yaitu dengan memakai VPN.
Dengan penggunaan VPN, sistem mengira bahwa pengguna tinggal di salah satu negara tersebut dan mendaftar ke Premium di bawah tarif negara terkait, sehingga mengurangi tagihan mereka.
Advertisement
Disadari YouTube
Setelah trik tersebut diketahui YouTube, mereka langsung memblokir akun yang menggunakan trik itu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Salah satu pengguna Reddit membagian tangkapan layar dari pengguna yang terkena pemblokiran tersebut.
Tertulis di tangkapan layar tersebut, "Your YouTube Premium membership has been canceled," yang berarti akun YouTube Premium telah dibatalkan.
Melihat fenomena itu, YouTube memberikan klarifikasi. "YouTube telah memulai pembatalan keanggotaan premium untuk akun yang diidentifikasi memalsukan informasi negara pendaftaran," tulis perwakilan YouTube.
"YouTube telah memulai pembatalan keanggotaan premium untuk akun yang diidentifikasi memalsukan informasi negara pendaftaran," ia menambahkan.
Untuk mencegah orang memanfaatkan celah ini di masa mendatang, YouTube akan mewajibkan pelanggan untuk mendaftar dengan identitas yang terikat dengan alamat di negara akun tersebut.
YouTube Makin Agresif Berantas AdBlock, Pengguna Bakal Sulit Nonton Tanpa Iklan
Sebelumnya, YouTube menyatakan perang dengan penyedia pemblokir iklan (AdBlocker). Langkah itu dilakukan dengan memakai beragam teknik agar pengguna tidak bisa menonton video secara gratis tanpa iklan.Â
Taktik yang dilakukan YouTube di antaranya adalah memberikan pop-up berisi teguran, hingga langsung skip video ke akhir jika masih bandel menggunakan pemblokir iklan.
 Kendati demikian, cara tersebut masih bisa dijebol oleh sistem AdBlock. Saking getolnya memberantas pemblokir iklan, perusahaan dari Google itu kini tengah menguji sistem baru yang dapat menjebol sistem AdBlock.
Menurut laporan SponsorBlock, sebagaimana dikutip dari Android Authority, Sabtu (15/6/2024), YouTube sedang menguji coba injeksi iklan sisi server (server-side ad injection).
Sebagai informasi, SponsorBlock merupakan ekstensi yang dapat mengidentifikasi dan menjeda segmen sponsor di video YouTube.
Sistem tersebut memungkinkan YouTube menyatukan segmen iklan dalam video dan menampilkannya ke pengguna. Cara ini akan menyulitkan pemblokir iklan untuk mendeteksi kapan iklan akan muncul dan kapan iklan berhenti.
Advertisement