Ketika merilis BlackBerry Q10, CEO BlackBerry Thorsten Heins mengaku optimis penjualannya akan mengalahkan Z10 yang sudah dirilis beberapa bulan sebelumnya. Salah satu penyebabnya adalah digunakannya keyboard fisik qwerty dan desain layaknya perangkat BlackBerry klasik. Perusahaan asal Kanada itu menganggap masih menguasai pasar dengan perangkat menggunakan keyboard qwerty.
Tapi dilansir laman Wall Street Journal, Jumat (30/8/2013), penjualan BlackBerry Q10 ternyata mengecewakan. Hal ini diungkap oleh Chris Jourdan, pemilik dan pengeloka 16 toko Wireless Zone di kawasan Midwestern Amerika Serikat. Tingkat pengembalian ke vendor pun diakui tinggi.
"Kami melihat tak ada permintaan terhadap Q10 dan saat ini menjadi barang milik kami yang paling banyak dikembalikan ke vendor," tutur Jourdan.
Hal yang sama dikatakan Jeff Trachsel, Bos Marketing di NextWorth yang melayani tukar-tambah perangkat. Saat Z10 dan Q10 muncul, tak banyak pengguna BlackBerry lama yang menukar-tambah perangkatnya dengan yang baru. "Kami pikir akan banyak penggemar BlackBerry yang menunggu untuk upgrade, tapi ternyata mereka sudah move on," ucap Trachel.
Hal yang sama ternyata berlaku juga di Kanada, yang merupakan 'rumah' bagi BlackBerry. Salah satu eksekutif di operator seluler di Kanada mengaku pernah berharap Q10 bisa mendongkrak penjualan. Tapi nyatanya hasilnya malah mengecewakan.
"Saya pikir kita semua berpikir Q10 akan menjadi penyelamat, tapi malah jatuh dan mati," kata eksekutif itu. "Ini tidak menggerakkan angka yang diharapkan siapa pun," lanjutnya.
Juru bicara BlackBerry enggan memberikan komentar. Malahan dia mengalihkannya dengan menunjuk sejumlah kesepakatan baru yang dilakukan BlackBerry, antara lain dengan Univision Communication dan Departemen Pertahanan AS.
Sepertinya lesunya penjualan jadi alasan bagi BlackBerry untuk mengubah strategi perusahaan. Karena itu BlackBerry pun mengumumkan telah membentuk komite khusus yang menentukan masa depan BlackBerry. Ini termasuk keputusan untuk menjual perusahaan atau merger dengan perusahaan lain.
Selain itu, Wall Street Journal juga mengungkap kemungkinan dibentuknya perusahaan baru yang menjadikan BlackBerry Messenger sebagai unit bisnis terpisah. Perusahaan itu disebut akan bernama BBM Inc.
Seperti apa kebenarannya? Tentu menarik untuk terus ditunggu kelanjutan 'drama BlackBerry' di episode berikutnya. (gal)
Baca juga: Misteri Masa Depan BlackBerry: Dijual atau Bentuk BBM Inc?
Tapi dilansir laman Wall Street Journal, Jumat (30/8/2013), penjualan BlackBerry Q10 ternyata mengecewakan. Hal ini diungkap oleh Chris Jourdan, pemilik dan pengeloka 16 toko Wireless Zone di kawasan Midwestern Amerika Serikat. Tingkat pengembalian ke vendor pun diakui tinggi.
"Kami melihat tak ada permintaan terhadap Q10 dan saat ini menjadi barang milik kami yang paling banyak dikembalikan ke vendor," tutur Jourdan.
Hal yang sama dikatakan Jeff Trachsel, Bos Marketing di NextWorth yang melayani tukar-tambah perangkat. Saat Z10 dan Q10 muncul, tak banyak pengguna BlackBerry lama yang menukar-tambah perangkatnya dengan yang baru. "Kami pikir akan banyak penggemar BlackBerry yang menunggu untuk upgrade, tapi ternyata mereka sudah move on," ucap Trachel.
Hal yang sama ternyata berlaku juga di Kanada, yang merupakan 'rumah' bagi BlackBerry. Salah satu eksekutif di operator seluler di Kanada mengaku pernah berharap Q10 bisa mendongkrak penjualan. Tapi nyatanya hasilnya malah mengecewakan.
"Saya pikir kita semua berpikir Q10 akan menjadi penyelamat, tapi malah jatuh dan mati," kata eksekutif itu. "Ini tidak menggerakkan angka yang diharapkan siapa pun," lanjutnya.
Juru bicara BlackBerry enggan memberikan komentar. Malahan dia mengalihkannya dengan menunjuk sejumlah kesepakatan baru yang dilakukan BlackBerry, antara lain dengan Univision Communication dan Departemen Pertahanan AS.
Sepertinya lesunya penjualan jadi alasan bagi BlackBerry untuk mengubah strategi perusahaan. Karena itu BlackBerry pun mengumumkan telah membentuk komite khusus yang menentukan masa depan BlackBerry. Ini termasuk keputusan untuk menjual perusahaan atau merger dengan perusahaan lain.
Selain itu, Wall Street Journal juga mengungkap kemungkinan dibentuknya perusahaan baru yang menjadikan BlackBerry Messenger sebagai unit bisnis terpisah. Perusahaan itu disebut akan bernama BBM Inc.
Seperti apa kebenarannya? Tentu menarik untuk terus ditunggu kelanjutan 'drama BlackBerry' di episode berikutnya. (gal)
Baca juga: Misteri Masa Depan BlackBerry: Dijual atau Bentuk BBM Inc?