Liputan6.com, Boyolali - Dampak kekeringan terus melanda berbagai wilayah di Tanah Air. Air sungai mengering dan sumur-sumur warga mendangkal. Antre air menjadi pemandangan sehari-hari.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Rabu (29/7/2015), setiap hari warga Dukuh Mronggong, Desa Jlarem, Kecamatan Ampel, Boyolali, Jawa Tengah harus berjalan menuju sumber air di penampungan jauh di bawah puncak Gunung Merbabu.
Baca Juga
Di sini, jeriken-jeriken antre untuk diisi air bersih. Kecilnya debit air membuat butuh waktu sekitar 1 jam untuk mengisi1 jeriken saja.
Advertisement
Di bagian lain Boyolali, warga Kedungdundu, Desa Kalimati, Kecamatan Juwangi juga kesulitan mencari air. Sumur di perumahan mengering dan sungai di kampung kering dan mengeras. Warga harus berjalan jauh menuruni sungai untuk mencari sisa-sisa air.
Di Sambirejo, Prambanan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, matahari belum terlalu tinggi. Namun beban berat sudah harus digendong nenek berusia 70 tahun ini.
Jumirah harus berjalan sekitar 1 km untuk mendapatkan air bersih demi memberi minum ternaknya. Karena sumur mengering, Jumirah harus antre di tangki air minum perusahaan air minum desa.
Setelah jeriken terisi penuh, perjalanan berat harus kembali ditempuh. Medan yang dilalui Jumirah tidak sepenuhnya mulus. Dalam sehari, Jumirah harus 3 hingga 5 kali bolak-balik ke penampungan air.
Sementara itu di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, kemarau panjang membuat anak-anak harus mandi di sungai yang airnya sangat dangkal dan berwarna keruh kecoklat-coklatan.
Mendangkalnya sumur membuat warga hanya bisa mendapatkan air 1 galon dalam 1 hari. Itupun air harus diendapkan sehari dan diberi garam sebelum bisa diminum. (Nda/Mvi)