Debut Kurash di Asian Games 2018, Cabor Bela Diri Tertua Dunia

Kurash untuk pertama kalinya dipertandingkan di Asian Games 2018.

oleh Windi Wicaksono diperbarui 07 Jun 2018, 17:15 WIB
Diterbitkan 07 Jun 2018, 17:15 WIB
Kurash
Logo Cabang Baru Asian Games 2018, Kurash (Bola.com/Adreanus Titus)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah cabang olahraga seni bela diri akan dipertandingkan di Asian Games 2018 yang berlangsung di Jakarta-Palembang. Dari sekian banyak cabang olahraga seni bela diri, terdapat satu nama yang cukup asing, kurash.

Kurash adalah seni bela diri tradisional Uzbekistan, yang menyerupai gulat. Kurash baru sendiri pertama kali dilombakan di ajang Asian Games.

Kurash sukses masuk berkat keputusan rapat Koordinasi Komite Asian Games ke-7 pada 18 Agustus 2017. Usulan Kurash masuk di Asian Games 2018, karena termasuk cabang olahraga tradisional dari Asia Tengah.

Pertimbangan sebagai olahraga bela diri tertua di dunia juga membuat Kurash masuk di Asian Games 2018. Usia kurash diketahui mencapai kurang lebih 3.500 tahun.

Sejarah mencatat keberadaan kurash melalui berbagai tulisan termasuk dari Marcopolo dan Ibnu Sina. Kurash sendiri punya arti yakni mencapai tujuan hanya dengan cara yang adil.

Perkembangan kurash di dunia terus menunjukkan peningkatan. Sejak International Kurash Association (IKA) berdiri pada 1998, hingga tahun 2017, anggota IKA kini berjumlah 117 negara.

Setelah sempat menjadi cabang eksibisi pada Olimpiade XXIII/1984 Los Angeles cabang olahraga beladiri Kurash masih belum memiliki aturan baku penilaian. Hingga pada 1990 Komil Yusupov seorang pahlawan kemerdekaan Uzbekistan yang juga master Kurash dan menjadi guru besar dalam Judo dan Sambo membuat penelitian tentang Kurash.

Aturan Kurash

Logo resmi Asian Games 2018
Logo Asian Games 2018 resmi diluncurkan pada peringatan Haornas ke-32.

Yusupov menuangkannya dalam menciptakan teknik-teknik Kurash yang universal dan terukur dengan berpedoman pada keberanian, humanisme dan universalitas melalui persyaratan ketat dari olahraga modern.

Yusupov memperkenalkan Kurash modern dengan membuat kategori berat, gerakan dan terminologi berdasarkan 13 kata Uzbek. Dia juga mengatur durasi tetap pertarungan, seragam untuk pemain dan wasit, dan semua hal-hal lain yang tanpanya mewujudkan Kurash dapat diterima semua bangsa.

Kurash memiliki pola dasar bela diri yang hampir sama dengan olahraga Judo dan Gulat. Namun yang membedakan Kurash ini hanya ada pada bantingan atas dan penilaian yang ketat untuk memperoleh nilai mutlak.

Terdapat 3 sistem penilaian di kurash, yaitu Halal, Yambosh, dan Chala. Halal adalah saat atlet kurash bisa memukul punggung lawan. Yambosh adalah Halal yang tidak sempurna, 2 Yambosh bernilai sama dengan 1 Halal. Sedangkan Chala adalah bentuk Yambosh yang tidak sempurna.

Perkembangan di Indonesia

Di Indonesia, perkembangan kurash tidak berjalan cukup baik. Padahal, IKA mempromosikan kurash ke Indonesia pada 2011, tapi baru pada 2016 ada pembentukan kurash Indonesia yang diinisiasi mantan atlet judo Indonesia, Krisna Bayu.

Pengurus Besar Kurash Indonesia (PBKI) pun kemudian terbentuk. Indonesia juga akan mencoba menurunkan para atlet kurash di Asian Games 2018.

PBKI sejauh ini mempersiapkan empat atlet putra dan empat atlet putri untuk turun di Asian Games 2018. Kendati berstatus tuan rumah, target PBKI tidak muluk-muluk untuk para atletnya.

Berikut daftar atlet kurash Indonesia yang akan tampil di Asian Games 2018:

Aprilianda Adi Timur,Moch Latif, Nanda Bagus Yuniarta, Bagas Ajaya Hartanto, Anggun Nurajijah, Maria Magdalena Ince, Heka Amaya Sari Sembiring dan Chandra Ariati.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya