Penggunaan Doping Bisa Terjadi di Cabang E-Sports Asian Games 2018

Atlet e-sports internasional sudah ada yang menggunakan doping untuk menambah konsentrasi dan daya tahan.

oleh Darojatun diperbarui 02 Agu 2018, 19:45 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2018, 19:45 WIB
Ilustrasi Doping
Doping bukan hanya untuk meningkatkan kekuatan tapi juga daya tahan dan konsentrasi.

Jakarta, - Beberapa kalangan publik Indonesia masih menggugat keabsahan e-sports sebagai cabang olahraga di Asian Games 2018. Gamer penggiat e-sports dianggap belum tepat menyandang status sebagai atlet. Menariknya, penggunaan doping yang menghantui cabang olahraga lain justru sudah terjadi di e-sports.

Beberapa gamer profesional beken di Eropa kepada The Guardian mengakui mengkonsumsi Adderall sebagai doping sejak 2015. Salah satunya adalah Kory Friesen, seorang gamer profesionnal di nomor Counter-Strike Global Offensive, yang kemudian dilarang berkompetisi selepas kejuaran ESL One di Polandia pada tahun itu.

Adderall adalah obat berbasis amphetamine yang menjadi stimulator kognitif. Pemakainya akan menjadi lebih waspada, fokus, dan bisa berkonsentrasi penuh selama berjam-jam.

Baca Juga

  • Daya Tarik PES dengan Artificial Intelligent Ramaikan Asian Games 2018
  • Komentar Dewan Olimpiade Asia tentang E-Sports di Asian Games 2018
  • Korsel dan Thailand Favorit Juara pada Nomor AOV E-Sports Asian Games 2018

Pengakuan Friesen memicu The Electronic Sports League (ESL) di Eropa untuk menerapkan program anti-doping komprehensif guna menjaring para atlet yang curang dengan menggunakan doping sebagai peningkat performa.

ESL yang berdiri di 1997 memiliki lima juta anggota dan satu juta tim di seluruh dunia. Sebagai organisasi e-sport tertua dan terbesar, langkah antidoping mereka menjadi acuan di dunia e-sports.

"Doping peningkat performa akan mengancam industri ini secara global. Kami akan melakukan hal-hal yang diperlukan untuk menjaga integritas e-sports," kata juru bicara ESL, Anna Rozwandowicz.

ESL kini telah memiliki sejumlah aturan yang disusun bersama World Anti-Doping Agency (WADA) untuk mengantisipasi penggunaan doping E-Sports di Amerika Serikat, Australia, dan Asia.

LADI Akan Melakukan Tes Doping Acak

Untuk Asian Games 2018 sendiri Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI) akan melakukan tes doping acak sebelum dan saat event berlangsung di semua cabang olah raga. Cabang e-sports yang bersifat eksebishi tidak lepas dari ritual tes ini.

Sesuai arahan dari WADA, LADI tidak akan menyebutkan obat-obatan apa yang masuk dalam kategori doping saat mereka melakukan tes.

"Sosialisasi soal antidoping akan dilakukan dengan pendekatan lain, terutama pada proses review hasil tes sebelum Asian Games 2018 dimulai. Kami akan melakukannya secara acak dan mendadak," jelas ketua LADI, Zaini Saragih.

Kehati-hatian dipraktikkan LADI karena sanksi skors dari WADA baru dihapuskan pada Februari 2017.

"Kami akan menjaga status aktif LADI saat ini supaya melancarkan Asian Games 2018. Dengan kembali diakui sistem dan orang-orang LADI oleh WADA, kami dapat kembali mengirimkan sampel tes untuk diuji di laboratorium WADA di Thailand, India, Qatar, China dan Jepang," tambahnya lagi.

Asosiasi E-Sport Indonesia Berlatih Online

Pada sisi lain, Asosiasi E-Sport Indonesia (IeSPA) yang sudah mendaftarkan satu pelatih dan 16 atletnya ke INASGOC menyatakan sudah paham dengan rencana LADI. IeSPA yang sudah diakui Kemenpora, KONI dan KOI tersebut tidak melakukan persiapan timnas secara terpusat tapi tetap bisa diakses untuk menjalani tes doping.

Ketua IeSPA, Eddy Lim, menyebut persiapan tim Indonesia yang dilakukan secara online di berbagai tempat telah dipastikannya terbebas dari penggunaan obat-obatan untuk meningkatkan ketahanan tubuh dalam berkompetisi.

"Saya meminta mereka menjaga stamina dengan melakukan olah fisik secara rutin, makan dan istirahat dengan teratur. Hal-hal seperti yang biasa dilakukan oleh atlet di cabang lain," sebut Eddy menyangkut persiapan tim e-sport Indonesia ke Asian Games 2018.

Pada Asian Games 2018 e-sports akan dipanggungkan di Britama Arena, Kelapa Gading, Jakarta Utara pada 26 Agustus hingga 1 September 2018 dengan harga tiket masuk berkisar dari Rp 30 ribu hingga Rp 100 ribu yang dapat dibeli secara online lewat situs KiosTix.

Ada enam nomor e-sports yang diputuskan Dewan Olimpiade Asia (OCA) akan dipertandingkan di Asian Games 2018, yaitu Arena of Valor, Pro Evolution Soccer, League of Legends, Clash Royale, Heartstone, dan Starcraft 2. Mengingat e-sports bersifat eksebishi, tidak ada target medali yang ditetapkan untuk tim Indonesia di cabang ini. 

 

 

Daftar Skuat Timnas E-Sports Indonesia untuk Asian Games 2018

Nama Pelatih dan Atlet E-Sports Indonesia di Asian Games 2018:

1. Arena of Valor: Glen Richard (Julukan: DG Kurus), Farhan Akbari (EVOS Hans), Hartawan Muliadi (GGWP Wyvorz), Ilham Bahrul (GGWP Uugajah), Muhammad (EVOS Ahmad).

2. Pro Evolution Soccer: Rizky Faidan, Setia Widianto (Keduanya dari Tim ALIBAN Wani Adu).

3. League of Legends: Bayu Putera Sentosa (Julukan Cruzher, pelatih), Malik Abdul Aziz (Fakefriend), Felix Chandra (Fong), Ruly Susanto (Whynuts), Peter Tjahjadi (Airliur), Gerry Arisena (Potato), Ericko Lim (Soapking).

4. Clash Royale: Ridel Sumarandak (Benzer Ridel).

5. Hearthstone: Hendry K. Handisurya (Jothree).

6. Starcraft 2: Nyoman Arie Pranasakti (Jaquelton).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya