Bunga Kredit RI Tinggi, Pengusaha Pilih Ngutang ke Luar Negeri

Para pengusaha tak henti-hentinya mengeluhkan tingginya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) yang mencapai 7,5% atau 175 basis poin.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 28 Feb 2014, 08:21 WIB
Diterbitkan 28 Feb 2014, 08:21 WIB
bank-asia-140219b.jpg

Liputan6.com, Jakarta Pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) tak henti-hentinya mengeluhkan tingginya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) yang mencapai 7,5% atau 175 basis poin. Akhirnya karena suku bunga yang tinggi di dalam negeri memaksa perusahaan swasta untuk berutang dari luar negeri.

Menurut Ketua Umum Kadin, Suryo Bambang Sulisto atau biasa disapa SBS, kenaikan suku bunga acuan ikut mengerek bunga kredit perbankan di dalam negeri.

"Kalau bunga tinggi, pengusaha akan mencari sumber pinjaman dari luar negeri. Ini yang menjadi penyebab utang luar negeri swasta meningkat," ungkapnya kepada Liputan6.com, Jakarta, seperti ditulis Jumat (28/2/2014).

SBS mengimbau agar para pengusaha, pemerintah dan BI memikirkan bagaimana untuk menurunkan suku bunga. Alasannya, tambah dia, pengusaha perlu meningkatkan daya saing produk karena kondisi saat ini tak lagi menguntungkan bagi dunia usaha.

"Kalau suku bunga tinggi, biaya logistik tinggi, infrastruktur tidak memadai. Akhirnya biaya operasional membengkak," terang dia.

SBS sebelumnya mencontohkan, suku bunga acuan Filipina hanya 5% sehingga BI Rate saat ini menjadi yang tertinggi di kawasan ASEAN. "Kalau Brazil dan India yang menaikkan sampai 300 basis poin ya jangan disamakan. Kita kan kebanyakan bersaing dengan ASEAN," tutur dia.

Meski begitu, SBS mengakui, pinjaman luar negeri dari swasta digunakan untuk kegiatan produktif seperti investasi dan ekspansi. "Pengusaha berutang pasti sudah ada perhitungannya. Tidak mungkin mereka minjam untuk sesuatu yang tidak produktif," kata SBS.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya