Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (persero) Ignatius Jonan menyatakan penerapan Standar Pelayanan Maksimum (SPM) merupakan hal yang sangat mudah dilakukan namun butuh komitmen untuk menjalankannya.
"Sebenarnya SPM menurut saya pekerjaan yang paling mudah, cerita paling gampang. Hanya penerapan butuh komitmen dan konsistensi," kata Jonan, dalam dialog kebangkitan perkerataapian Indonesia, di Stasiun Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (11/3/2014).
Jonan menyebutkan, salah satu SPM yang sudah diterapkan adalah penerapan sistem boarding di stasiun kereta api. Meski pihaknya tidak yakin hal tersebut bisa berjalan.
"Waktu tahun 2010 mulai diterapkan sistem boarding di stasiun, semua bilang nggak bisa. Kalau nggak bisa saya buang semua kepala stasiun. Saya jagain Stasiun Senen ternyata KRL Jabodetabek bisa terapkan sistem pintu eletronik tanpa intruksi," ungkapnya.
Menurut dia, hal tersebut hanya bisa diterapkan di sektor transportasi perkeretaapian. Sedangkan pada penyedia jasa lain seperti busway dan jalan bebas hambatan belum bisa menerapkan hal tersebut.
Jonan menambahkan penerapan SPM bisa dilakukan namun dengan cara bertahap. "Busway, jalan tol nggak bisa. Di KAI coba satu-satu untuk SPM. SPM ada 100, dikerjakan satu-satu yang bisa," tutur dia.
Dia mengaku, penerapan SPM membutuhkan peran masyarakat. Namun masyarakat Indonesia juga membutuhkan waktu untuk disiplin. "Secara culture masyarakat kita untuk disiplin perlu waktu, bukan nggak bisa," pungkasnya.