Pengusaha Pilih Kapal Ditambah Ketimbang Jembatan Selat Sunda

Pembangunan mega proyek Jembatan Selat Sunda (JSS) dinilai tidak tepat oleh pengusaha.

oleh Septian Deny diperbarui 17 Mar 2014, 16:15 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2014, 16:15 WIB
Pelabuhan
(Foto: BUMN.go.id)

Liputan6.com, Jakarta Pembangunan mega proyek Jembatan Selat Sunda (JSS) dinilai tidak tepat oleh pengusaha. Selain karena membutuhkan anggaran yang besar, pembangunan jembatan yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera ini dianggap tidak efisien.

"Jembatan itu high cost, kalau negara kepulauan itu lebih efisien dengan roro ship, jadi short sea shipping-nya jalan," ujar Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Iskandar Zulkarnain di Jakarta, Senin (17/3/2014).

Dia mengatakan, di negara maju yang juga negara maritim seperti Inggris, mengedepankan perkapalan untuk menghubungkan antar pulau atau dengan negara lain.

"Inggris menghubungkan dengan Prancis juga melalui shipping. Indonesia ini memang tidak bisa dibandingkan di mana, tapi laut itu bukan sebagai pemisah melainkan sebagai jembatan itu sendiri," lanjut dia.

Dia mengatakan, jika dana yang disiapkan untuk membangun JSS ini dapat dialokasikan untuk sektor pelayaran, maka ada ratusan kapal yang bisa dibeli dan mampu menyerap lebih banyak sumber dana manusia dengan jangka waktu yang panjang.

"Intinya kalau melihat nilainya, kalau dibelikan kapal, itu bisa diserap ratusan kapal yang diperuntukan sebagai nasional," tutur dia.

Meski demikian, Iskandar menyatakan ALFI tetap mendukung proyek pembangunan ini. Namun dia lebih menyarankan agar pemerintah mengutamakan untuk perbaikan-perbaikan infrastruktur pelabuhan.

"Kalau JSS, kan tapi yang penting lancar, kalau ALFI mendukung ke infrastruktur ke pelabuhan. JSS itu kan juga sudah FS (studi kelayakan), memang penting, tapi kalau dari cost yang timbul kan luar biasa. Kalau bisa dialokasikan ke sektor pelayaran bisa bangun pelabuhan yang world class, pelayaran hidup, schadule dari kapal juga tertata dengan baik," tandas dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya