Liputan6.com, Jakarta Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa memaparkan berbagai data yang menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia masih solid selama awal tahun 2025 meski Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah
Baca Juga
Menurut dia, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan tercatat tumbuh 5,3 persen year on year (yoy) menjadi Rp8.599,4 triliun pada Januari 2025, atau lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 4,1 persen (yoy).
Advertisement
"Saya pikir 2025 akan susah, laju pertumbuhan DPK turun. Tapi, untungnya di Januari tiba -tiba pertumbuhan DPK positif, menuju level normal lagi. Jadi ada pembalikan di sana,” ujar Purbaya dikutip dari Antara, Rabu (9/4/2025).
Dia juga menyebut saat ini adalah yang tepat untuk terjun beli saham. Menurut dia kondisi fundamental yang ekonomi Indonesia baik dan reaksi pasar berlebihan merespons tarif baru AS.
Purbaya memaparkan sejumlah indikator positif terkait kondisi perekonomian nasional. Salah satunya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini yang tidak mencerminkan fundamental ekonomi yang kuat.
"Jadi kalau suka main saham, sekarang good time to buy," ujar Purbaya.
Data Purchasing Managers Index
Tak cuma itu, data Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia tercatat masih berada di level ekspansif sebesar 52,4 poin pada Maret 2025, meskipun menurun dibandingkan sebelumnya sebesar 53,6 poin pada Februari 2025.
“Artinya, mereka atau para pengusaha para manufacturer melihat ke depan kayaknya melihat demandnya tinggi, sehingga mereka meningkatkan belanjanya,” ujar Purbaya.
IHSG Ditutup Turun 7,9 Persen Usai Libur Lebaran, Ini Penyebabnya
Koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berkurang pada sesi kedua perdagangan Selasa (8/4/2025) dibandingkan pada awal sesi perdagangan.
Mengutip data RTI, IHSG merosot 7,9 persen ke posisi 5.996,14. Indeks LQ45 terpangkas 9,09 persen ke posisi 667,77. Seluruh indeks saham acuan memerah.
Usai libur panjang Lebaran 2025, IHSG berada di level tertinggi 6.036,55 dan level terendah 5.882,60. Sebanyak 672 saham memerah dan 30 saham menguat. 96 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.428.404 kali dengan volume perdagangan 22,8 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 20,9 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.860. Seluruh sektor saham kompak tertekan. Sektor saham basic terpangkas 10,54 persen, dan catat penurunan terbesar.
Sektor saham teknologi turun 10,23 persen, sektor saham consumer siklikal susut 8,82 persen. Sektor saham energi melemah 8,19 persen, sektor saham industri susut 8,44 persen, sektor saham consumer nonsiklikal terperosok 4,97 persen.
Lalu sektor saham kesehatan terpangkas 5,92 persen, sektor saham keuangan turun 5,73 persen, sektor saham properti turun 6,97 persen, sektor saham infrastruktur melemah 8,35 persen dan sektor saham transportasi melemah 7,89 persen.
Advertisement
Gerak Saham
Usai libur panjang Lebaran 2025, saham BBRI turun 10,12 persen ke posisi Rp 3.640 per saham. Harga saham BBRI dibuka turun ke posisi Rp 3.460 per saham dari penutupan sebelumnya Rp 4.050 per saham.
Harga saham BBRI berada di level tertinggi Rp 3.750 dan level terendah Rp 3.450 per saham. Total frekuensi perdagangan 145.177 kali dengan volume perdagangan 7.414.969 saham. Nilai transaksi Rp 2,7 triliun.
Harga saham BBCA terpangkas 8,53 persen ke posisi Rp 7.775 per saham. Harga saham BBCA dibuka turun ke posisi Rp 7.400 per saham dari penutupan sebelumnya Rp 8.500. Harga saham BBCA berada di level tertinggi Rp 8.000 dan level terendah Rp 7.275 per saham. Total frekuensi perdagangan 130.813 kali dengan volume perdagangan 5.759.274 saham. Nilai transaksi Rp 4,4 triliun.
Harga saham BMRI susut 10,19 persen ke posisi Rp 4.670 per saham. Harga saham BMRI dibuka turun ke posisi Rp 4.500 per saham dari sebelumnya Rp 5.200 per saham. Harga saham BMRI berada di level tertinggi Rp 4.830 dan level terendah Rp 4.500 per saham. Total frekuensi perdagangan 109.121 kali dengan volume perdagangan 7.680.332 saham. Nilai transaksi Rp 3,6 triliun.
