Indonesia Tanggalkan Predikat Negara Miskin

Konsumsi masyarakat Indonesia saat ini sudah sangat jauh di atas Malaysia, Singapura dan Thailand.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 12 Mei 2014, 14:18 WIB
Diterbitkan 12 Mei 2014, 14:18 WIB
3-kpk-periksa-darmin-131001d.jpg
Meski bersedia menjawab pertanyaan media, Darmin masih enggan membeberkan tentang kasus Century secara gamblang. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Riset Mandiri Institute menilai julukan negara miskin sudah tidak lagi melekat kepada Indonesia. Namun, negara ini masih membutuhkan waktu yang lebih lama untuk bisa meninggalkan jebakan kelas menengah (middle income trap).

Darmin Nasution, Chairman Mandiri Institute, menjelaskan bahwa Indonesia saat ini sudah masuk ke dalam kategori negara berpendapatan menengah. Tetapi memang masih dalam batas bawah (lower middle income).

"Artinya kita sudah lolos dari negara miskin. Kalau negara lain banyak yang keluar dari jebakan berpendapatan rendah tapi susah lolos dari middle income trap," tuturnya di Hotel Four Season, Jakarta, Senin (12/5/2014).

Salah satu indikasi Indonesia tidak bisa disebut lagi sebagai negara miskin adalah semakin banyaknya kalangan menengah di Indonesia yang bisa mendongkrak konsumsi domestik.

Menurut Darmin, konsumsi masyarakat Indonesia saat ini sudah sangat jauh di atas Malaysia, Singapura dan Thailand.

"Sepanjang 2013, pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia tembus US$ 481 miliar, sedangkan Malaysia masih sebesar US$ 147 dan Singapura hanya sebesar US$ 84 miliar," ujarnya.

Dari sisi instrumen pembayaran, sambung Darmin, masyarakat Indonesia membelanjakan barang dengan uang tunai sebesar 85%, Malaysia 42% dan Singapura kurang dari 40%.

"Itu artinya akses perbankan belum merata, karena belum banyak yang melakukan transaksi pakai kartu kredit dan debit atau via telepon seluler," jelasnya.

Menurut Darmin, jika Indonesia ingin keluar dari jebakan pendapatan menengah, pemerintah seharusnya tidak hanya berkutat pada pandangan jangka pendek saja tetapi harus melebarkannya ke pandangan jangka menengah. (fik/gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya