Untuk Investasi, RI Lebih Memikat Dibanding Thailand

Setelah berpuluh-puluh tahun, tampaknya kini Indonesia memiliki daya pikat investasi yang jauh lebih menarik daripada Thailand.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 16 Mei 2014, 12:10 WIB
Diterbitkan 16 Mei 2014, 12:10 WIB
Investasi Rupiah
Ilustrasi Rupiah (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Bangkok Dalam beberapa dekade terakhir, Thailand memiliki daya pikat yang mampu membuai para investor asing guna membenamkan modal di negaranya seperti Toyota Motor Corp. dan General Motors Co. yang membangun sebuah pusat manufaktur di sana. Tapi tampaknya, kini Indonesia memiliki daya pikat investasi yang jauh lebih menarik daripada Thailand.

"Berkaitan dengan investasi baru, negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia mulai terlihat lebih menarik. Sementara itu, daya pikat investasi Thailand semakin memudar dan mungkin akan berlangsung lama," ungkap ekonom Australia & New Zealand Banking Group Ltd, Glenn Maguire seperti mengutip laman Bloomberg, Jumat (16/5/2014).

Padahal sebelumnya pada 2012, investasi asing langsung (FDI) Thailand meningkat hingga US$ 10,7 miliar tapi tetap berada di bawah FDI Singapura dan Indonesia di kawasan Asia tenggara. Bahkan negara-negara lain seperti Filipina hingga Vietnam mampu menerima aliran dana masuk yang lebih besar.

Maguiere menjelaskan, bahkan meski menerima banyak dana asing yang masuk dan perluasan kapasitas investasi, Thailand masih akan menjadi salah satu negara dengan perekonomian lemah di Asia.

Sejauh ini, Thailand telah mempertahankan perekonomiannya dari sejumlah kekeringan, bencana alam, gangguan dari perlambatan ekonomi global hingga konflik politik berupa protes anti pemerintah. Bahkan para demonstran di Thailand sempat menutup bandara internasional Bangkok hingga lebih dari sepekan.

Tak hanya itu, Thailand juga diprediksi mengalami pertumbuhan ekonomi paling lambat di antara negara-negara tetangganya di kawasan Asia.

Berdasarkan survei Bloomberg, pertumbuhan ekonomi Thailand akan naik 3% tahun ini, tertinggal di bawah pertumbuhan ekonomi Indonesia dan Filipina masing-masing sebesar 5,3% dan 6,5%. Para ekonom menilai Thailand merupakan satu-satunya negara di ASEAN yang akan mengalami konstraksi ekonomi sepanjang 2014.

"Thailand masih tetap kompetitif tapi masih tak akan mampu menawarkan negaranya sebagai basis manufaktur. Tidak seluas yang pernah dialaminya. Ketidakpastian politik juga merupakan alasan lain yang mengganggu perekonomiannya," ungkap ekonom Mizuho Corporate Bank, Varathan. (Sis/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya