Liputan6.com, Jakarta - Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) meminta kepada pemerintahan baru untuk mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM). Pasalnya, subsidi BBM yang mencapai raturan triliun rupiah menjadi beban fiskal terbesar dalam anggaran negara.
Anggota DPR Komisi XI, Achsanul Qosasi mengungkapkan, pemerintah melalui direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan mengasumsikan penerimaan negara akan mengalami penurunan.
"Penerimaan negara yang turun itu harus diimbangi dengan pengurangan belanja, terutama subsidi BBM, karena selama ini memberatkan fiskal kita. Selain itu pengeluaran perjalanan dinas ke luar negeri, studi banding dan belanja lain yang tidak berorientasi ke ekonomi juga harus dikurangi," ujarnya ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (20/5/2014).
Namun demikian, Achsanul mengatakan, kebijakan penyesuaian harga subsidi BBM perlu mengantongi restu dari DPR. "Tapi saya yakin pas terpilih pun pemerintahan baru tidak mungkin naikkan harga BBM subsidi karena alasan politis," ucap dia
Achsanul mengaku, kajian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) terkait kebijakan subsidi BBM tetap dan kenaikan harga secara bertahap sudah cukup lama didengungkan. Namun faktanya tak pernah terealisasi.
"Kajian sudah dilakukan dari para ahli, Bappenas, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Tapi sulit diterapkan karena infrastruktur energi belum memadai dan sosialisasi pun tidak mudah sehingga distribusi nggak merata karena itu harga BBM subsidi di daerah bisa mencapai Rp 15 ribu per liter," tegas dia.
Anggota Fraksi Demokrat ini berharap, agar pemerintah dapat membangun infrastruktur energi secara merata diiringi dengan konversi energi dari fosil ke bahan bakar gas serta energi terbarukan.
"Kami setuju jika pemerintah menaikkan harga BBM subsidi secara bertahap, karena kalau subsidi fix lebih ke unsur politis. Bukan berarti anggota DPR atau pemerintah yang setuju menaikkan harga BBM tidak akan terpilih kembali," cetus Achsanul. (Fik/Gdn)
DPR Tantang Pemerintah Baru Naikkan Harga BBM Subsidi
Pemerintah dapat membangun infrastruktur energi secara merata diiringi dengan konversi energi dari fosil ke bahan bakar gas.
diperbarui 20 Mei 2014, 13:06 WIBDiterbitkan 20 Mei 2014, 13:06 WIB
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Pramono-Rano Deklarasi Menang Satu Putaran, Timses RIDO: Tunggu Hasil Resmi KPU
Rumah Ketua DPRD Dompu Dilempar OTK saat Konvoi Kemenangan Pilkada
Tatkala Abah Guru Sekumpul Menolak Hadiah dari Santri walau Hanya Setandan Pisang, Ada Apa?
Wotawati, Transformasi Kampung Tersembunyi di Gunungkidul Jadi Destinasi Wisata Sejarah
Pasangan Pengantin Menikah di Timezone, Sering Jadi Tempat Kencan Selama Pacaran
Permasalahan Hidup Datang Silih Berganti, Solusinya Ada di Orangtua Kata Buya Yahya
Wanita Muda Ditangkap saat Hendak ke Minimarket, di Bagasinya Kedapatan Ganja
Pengacara Minta Polda Metro Hentikan Kasus Firli Bahuri, Ini Alasannya
Jessica Wongso Eksis di Medsos, Gaya Ketikannya Bikin Salah Fokus
5 Fenomena Astronomi Desember 2024, Raja hujan Meteor hingga Oposisi Jupiter
Begu Ganjang, Roh Menyeramkan yang Awalnya Digunakan sebagai Penjaga Perkebunan
Jadwal Sholat DKI Jakarta, Jawa dan Seluruh Indonesia Hari Ini Jumat 29 November 2024