Iwan Sunito, Raja Properti di Australia yang Sering Tinggal Kelas

Iwan Sunito kecil yang dijuluki si Anak Sungai dari Pangkalan Bun, Kalimantan kini telah berubah menjadi pengusaha sukses bergelimang harta.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 02 Jun 2014, 10:36 WIB
Diterbitkan 02 Jun 2014, 10:36 WIB
Iwan Sunito
(Foto: The Australian)

Liputan6.com, Jakarta - Iwan Sunito kecil yang dijuluki si Anak Sungai dari Pangkalan Bun, Kalimantan kini telah berubah menjadi pengusaha sukses bergelimang harta. Saat ini, pria yang sering tak naik kelas itu hidup mewah sebagai Raja Properti di Sydney, Australia.

"Pas sekolah dapat nilai 5 atau 6 saja sudah bagus, wong saya suka nggak naik kelas kok, seperti SD, SMP dan SMA di Pangkalan Bun," ucap dia saat ditemui di Djakarta Theater, Minggu (1/6/2014).

Terlahir di Surabaya, Pria bermata sipit ini menetap dan besar di Pangkalan Bun, Kalimantan. Hari-harinya dia isi dengan keceriaan masa anak-anak. "Tuh dari kecil saja urat-urat di kepala saya sudah menunjukkan urat pengusaha," candanya sambil menyibak foto masa kecil Iwan.

Beruntung meski tinggal di rumah apung dan suka tinggal kelas, namun Iwan diberikan anugerah kemampuan menggambar. Bekal inilah yang mengantarkan Iwan mendirikan Crown International Holdings Group, sebuah perusahaan properti raksasa yang berbasis di Sydney, Australia.

"Biarpun saya punya keterbatasan bahasa Inggris tapi toh bisa jadi yang terbaik di Australia. Saya juga tidak lupa dengan bahasa jawa lho, karena logatnya tetap tidak bisa hilang," paparnya.

Di bawah bendera Crown, kata Iwan, satu per satu proyek properti dilahap. Dia mengaku, kali pertama menggarap proyek hunian bagi seluruh warga Australia dan hingga saat ini bisnis menggurita.

"Sudah 18 tahun kami telah mengembangkan aset menjadi US$ 3,5 miliar atau sekitar Rp 35 triliun. Kalau buat beli kuaci penuh tuh," tawa dia.

Guyonannya pun tak sampai di situ. Iwan bahkan melempar pengalaman yang membuat tertawa banyak orang. "Saya datang ke Sydney untuk sukses. Setelah sukses, wanita yang pernah menolak saya pasti sekarang menyesal. Saya kan pernah ditolak lima kali dan sekarang saya dapat istri saya," cetusnya diiringi tawa riuh dari penonton Kultum Supermentor.

Dia memperkirakan, bahwa Indonesia berpotensi menjadi pemain properti global apabila mengikuti kiat-kiat ini, antara lain, pertama, memulai. Kesuksesan, Iwan bilang tidak datang dengan sendirinya, namun harus melalui perjuangan dan kerja keras. "Mau bangun rumah nggak cuma fisiknya saja, tapi harus dipadukan dengan imajinasi dan sebagainya," tuturnya.

Menurut Iwan, sukses bukan saja bicara soal materi. "Saya nggak pernah punya visi bikin proyek satu juta dolar atau berapapun. Yang penting kerjakan, bahkan untuk hal-hal kecil. Kan saya pernah kerja cuci piring selama lima tahun dengan gaji tiga dolar di Australia," ujar dia.

Kedua, sambungnya, menemukan peta jalan menuju kesuksesan dan ketiga, bermimpi yang terbaik. Sedangkan bagi para generasi muda yang ingin mengikuti jejak pengusaha sukses, Iwan berpesan untuk mulai menunjukkan kepada dunia tentang kekuatan-kekuatan kita.

"Kita punya budaya yang nggak mau terlalu menyombongkan diri, padahal di negara barat kekuatannya digembar gemborkan. Kita harus tunjukkan aset yang dipunya bukan kekurangan dan apa yang sudah terjadi, bukan menjadi," sarannya.

Iwan berharap agar generasi muda bangsa ini terus meningkatkan kompetensi, dan keahlian mengingat saat ini ekonomi Indonesia tengah menjadi sorotan dunia. "Bahwa pada 2050, ekonomi Indonesia akan menduduki peringkat delapan besar dunia, melebihi Inggris dan Australia. Luar biasa kan," tandas dia. (Fik/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya