Cinta Alam, Miliarder Ted Turner Beli Pulau Eksotis St. Phillips

Pembelian pulau senilai US$ 2 juta atau Rp 23,78 miliar itu sudah termasuk 298 hektare dari pulau St. Helena

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 04 Jun 2014, 22:09 WIB
Diterbitkan 04 Jun 2014, 22:09 WIB
Pulau St. Phillips - Ted Turner 1
(Foto: Investopedia.com)

Liputan6.com, South Carolina - Tak cukup hanya membeli kapal pesiar, para miliarder terkaya dunia juga semangat mengoleksi pulau-pulau indah di berbagai tempat. Sebut saja bos media pemilik total kekayaan sebesar US$ 2 miliar ini yang membeli Pulau St. Phillips pada 1979.

Ted Turner, salah satu pengusaha terkaya di AS, kini menjadi salah satu pemegang saham terbesar pulau yang terletak di wilayah South Carolina itu. Pulau tersebut dibelinya setahun sebelum dia meluncurkan media global asuhannya, CNN.

Pulau milik bos media raksasa itu memiliki luas 5.512 hektare dengan suasana yang masih asri dan didominasi pepohonan. Suasana natural tersebut sangat cocok dengan Turner yang sangat mencintai suasana alam.

Pembelian pulau senilai US$ 2 juta atau Rp 23,78 miliar (kurs: Rp 11.890 per dolar AS) itu sudah termasuk 298 hektare dari pulau St. Helena yang bersebelahan dengan St. Phillips. Pulau tersebut dihuni sekelompok keturunan Gullah.

Penduduk keturunan Amerika-Afrika itu terbiasa berburu, memancing ikan dan berkumpul tanpa batasan. Kondisi tersebut sempat membuat Turner gerah dan melayangkan gugatan pada penduduk yang melewati perbatasan pulaunya.

Namun akhirnya miliarder kaya itu menarik gugatannya dan menyumbangkan 68 hektare propertinya pada penduduk Gullah pada 2002. Seperti apa pulau kesayangan salah satu pengusaha terkaya dunia ini?

Berikut ulasannya seperti dikutip dari CNBC, Travel Journals, dan Investopedia.com, Rabu (4/6/2014):

Kolektor Pulau

Pulau St. Phillips - Ted Turner 2
(Foto: Business Insider)

Ted Turner, pengusaha media terkaya yang koleksi pulau eksotis

Dengan harta yang berlimpah, Ted Turner yang menyandang gelar miliarder sejak 1970-an dapat membeli apa saja yang diinginkannya. Kecintaannya terhadap alam membuat dia akhirnya terdorong untuk membeli sebuah pulau di North Carolina.

Salah seorang temannya, O. Stanley Smith meyakinkannya bahwa pulau tersebut merupakan salah satu pulau terindah di dunia. Smith lantas berhasil mempengaruhi Turner untuk membeli pulau St. Smith di North Carolina.

Pulau tersebut bersebelahan dengan kawasan pulau St. Helena. Pada 1979, Turner lantas membeli St. Phillips dan menjadi pemilik sah pulau tersebut secara hukum.

Batas Dua Pulau

Pulau St. Phillips - Ted Turner 3
(Foto: ABC News)

Batas dua pulau

Enam tahun sebelum pembelian pulau tersebut, pemilik sebelumnya melakukan survei properti. Hasil survei tersebut menunjukkan lahan hutan di pesisir pantai seluas 298,4 hektare sebagai tambahan wilayah miliknya.

Para pelaku survei tersebut lantas menghapus batas antara kedua pulau dan menambahkannya menjadi bagian dari St. Phillips. Batas tersebut sebenarnya ditentukan salah satu orang hitam yang membeli bagian dari St. Helena pada 1994.

Tak pelak, komunitas Amerika dan Afrika yang berada di sana menuntut haknya serta merasa propertinya telah direbut. Komunitas tersebut lantas memprotes pembatasan dan merasa Turner sebagai pelaku yang melanggar.

 

Sengketa

Pulau St. Phillips - Ted Turner 4
(Foto: Travel Journals)

Turner pernah bersengketa dengan penduduk setempat

Turner pernah bersengketa dengan komunitas Gullah di pulau tersebut. Awalnya, dia tidak mengetahui adanya perkumpulan masyarakat Gullah di pulau yang dibelinya.

Turner menggugat Lands End Woodland Inc,. sebuah klub yang dibentuk keturunan Gullah unutk melindungi 328 hektare bagian pulau warisan, St. Helena. Dia tidak tahu bahwa Lands End terhubung dengan Gullah dan akhirnya meminta para pengacara untuk menarik gugatannya.

Bos media ini sangat memahami keterikatan komunitas tersebut yang dapat terancam karena gangguan wilayah. Akhirnya Turner menyumbangkan sebagian wilayahnya untuk komunitas tersebut.

Klub woodlan dibentuk pada 1994 oleh 47 warga kulit hitam. Sejak 1920, orang-orang tersebut mengumpulkan uang untuk membeli perkebunan tua di pulau tersebut.

Wilayah tersebut selalu dianggap sebagai aset komunitas di mana masyarakat dapat berburu, memancing dan berkumpul. (Sis/Ndw)

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya