Menkeu Prediksi Rupiah Membaik Usai Pemilu

Investor asing sangat khawatir terhadap dampak pemilu ke perekonomian Indonesia. Ini salah satu penyebab dari pelemahan nilai tukar rupiah.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 27 Jun 2014, 17:45 WIB
Diterbitkan 27 Jun 2014, 17:45 WIB
Rupiah Kredit
(foto: Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Tren pertanyaan investor asing terhadap Indonesia mulai berubah. Konsen mereka tak lagi seputar defisit transaksi berjalan ataupun fiskal, melainkan soal kepastian dari pesta demokrasi lima tahunan, pemilihan presiden (pilpres) pada 9 Juli mendatang.

Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri mengaku, seluruh investor asing sangat khawatir terhadap dampak pemilu ke perekonomian Indonesia. Inilah salah satu penyebab dari pelemahan nilai tukar rupiah.

"Sampai tanggal 9 Juli nanti kan masih tidak pasti. Mereka bertanya pemilu dampaknya bagaimana, kalau ini (salah satu kandidat) menang, apakah ada kebijakan yang berubah," terang dia, Jumat (27/6/2014).

Lebih jauh Chatib mengaku, investor sangat mengkhawatirkan soal hasil pemilu dengan prosentase beda tipis antar kedua calon presiden. Investor mempertanyakan soal stabilitas politik negara ini paska pemilu presiden.

"Pemilu selesai, kalau bisa menang besar deh, jadi selisihnya jauh tidak ada lagi dispute. Kalau deket khawatir bisa
ribut lagi ke MK atau yang kalah bisa terima atau tidak. Tapi saya kita bukan baru sekali lakukan pemilu dan selama ini aman," ucapnya.

Dia mengaku, kekhawatiran itu memicu investor untuk melakukan price in mengingat pemilu baru akan diselenggarakan pada 9 Juli ini.

"Setelah itu (pemilu), rupiah akan membaik. Lalu yield dengan sendirinya akan turun," harapnya.

Kondisi tersebut, sambung Chatib, akan ditopang oleh membaiknya neraca perdagangan yang akan mengalami surplus maksimal US$ 50 juta pada Mei 2014. Dan perkiraan inflasi sekitar 5,3-5,5 persen di akhir tahun.

"Rupiah kemarin Rp 11.800 dan sekarang Rp 12 ribu per dolar AS, jadi penurunan masih 3 persen. India pun mengalami hal serupa. Itu karena faktor di Irak dan bersifat temporer. Investor juga percaya kita akan mengatasi defisit transaksi berjalan, defisit fiskal dan lainnya," jelas Chatib.

Dia berharap, siapapun presiden terpilih nanti, bisa membawa Indonesia mengecap pertumbuhan ekonomi 7 persen bukan saja dari kontribusi dalam negeri tapi juga global. "Domestik saving 30% sehingga mau tak mau kita harus tetap membuka diri," tukasnya. (Fik/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya