Liputan6.com, Jakarta - Reporter: Pebrianto Wicaksono dan Septian Deny
Pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) sudah kembali normal sejak Rabu siang (27/8/2014).
Baca Juga
Pantauan Liputan6.com, di SPBU 34-13505 Jalan Raya Bogor, Kramat Jati Jakarta, terjadi antrean kendaraan sepeda motor yang hendak mengisi BBM jenis premium.
Advertisement
Namun menurut petugas SPBU 34-13505 yang tidak ingin disebutkan namanya antrean sepeda motor tersebut merupakan hal yang lazim.
Hal itu karena SPBU tersebut terletak di jalan ramai, bukan karena pengendalian penyaluran BBBM bersubsidi seperti yang terjadi belakangan ini. Petugas SPBU tersebut mengungkapkan, pasokan BBM bersubsidi dari Pertamina sudah kembali normal sejak siang ini dan sudah tidak ada pembatasan.
"Sudah normal, mulai hari ini sudah nggak ada pembatasan, rencana seperti itu," tuturnya.
Ia menambahkan, jika ada SPBU yang masih mengalami kekurangan pasokan disebabkan keterbatasan armada mobil tangki milik Pertamina. "Tapi karena armada terbatas agak telat kirimannya, kan nggak bisa serempak," ungkapnya.
Kondisi tersebut juga ditemui di SPBU 34.12105 di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Joni Sapril, Supervisor SPBU 34.12105 membenarkan langkah normalisasi pasokan yang dilakukan oleh Pertamina mulai hari ini.
"Hari ini normal, tidak ada kendala. Kemarin-kemarin memang sempat tersendat pasokannya, juga ada keterlambatan sekitar 2-3 jam. Tapi sekarang sudah tidak ada masalah," ujar Joni saat berbincang dengan Liputan6.com.
Dia menjelaskan, pasokan BBM bersubdisi baik premium maupun solar ke SPBU tersebut saat ini sebanyak 16 kilo liter (kl) per hari untuk premium dan 16 kl per minggu untuk solar.
"Untuk solar di sini konsumennya memang sedikit, karena kebanyak yang mengisi disini kendaraan pribadi, kalau kendaraan umum jarang yang isi disini," jelas Joni.
Untuk rencana kenaikan harga BBM bersubsidi, Joni menyatakan pihak pengelola SPBU pada dasarnya tidak berkeberatan asalnya pemerintah telah mempertimbangkan dampaknya bagi masyarakat secara luas.
"Kalau kami pada dasarnya mengikuti bagaimana pemerintah saja. Kalau mau dinaikan juga tidak masalah, yang penting dijaga pasokannya. Kalau murah tetapi pasokannya tidak ada ya buat apa," lanjut Joni.
Selain itu, dia yakin kenaikan harga BBM bersubsidi nantinya juga tidak akan memberikan pengaruh terhadap pendapatan SPBU. Menurutnya, permintaan akan BBM tetap akan tinggi meski harga dinaikan.
"Kalau dinaikan sepertinya nggak pengaruh, masyarakat tetap beli karena mau bagaimana lagi. Yang penting bisa jalan. Penjualan premium juga tidak akan turun drastis, karena sifat orang kita selalu cari yang paling murah. Misalnya cuma lebih murah Rp 500, mereka tetap cari yang subsidi," kata Joni.
Mulai 18 Agustus 2014, PT Pertamina (Persero) telah melakukan pemangkasan jatah harian BBM subsidi di setiap SPBU dari 5 persen hingga 15 persen sebagai dampak pengurangan kuota BBM subsidi 2014. Pertamina mendorong agar orang-orang mampu membeli BBM non subsidi seperti Pertamax, agar tak terjadi antrean kendaraan. (Pew/Dny/Ahm)