Ekonom: Penjualan Pesawat Kepresidenan Tak Bermanfaat

Tidak ada ada satu pun pemimpin dunia yang mau membeli pesawat kepresidenan bekas.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 04 Sep 2014, 14:16 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2014, 14:16 WIB
sby
Pesawat Kepresidenan RI (Liputan6.com/Andrian Martinus Tunay)

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Ekonomi sekaligus Direktur Institute for Developmet of Economics and Finance (INDEF), Didiek J Rachbini mengkiritisi wacana penjualan pesawat kepresidenan oleh Politikus PDI Perjuangan, Maruarar Sirait. Dia bahkan menyebut rencana tersebut sebagai kebijakan tanpa manfaat.

"Wacana soal jual pesawat cuma wacana ecek-ecek, tidak ada manfaat. Paling penting itu efisiensi di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)," ungkap dia usai acara Refleksi Tiga Tahun Pelaksanaan MP3EI di Jakarta, Kamis (4/9/2014).

Dia justru mempertanyakan pembeli yang bersedia memboyong pesawat seken alias bekas. Pasalnya, lebih baik pemimpin dunia memborong pesawat baru ketimbang bekas.

"Kalau mau dijual sekarang, tidak ada yang mau beli. Presiden mana yang mau beli. Kalaupun mau dijual ke maskapai komersial, harus dirombak dulu dan ongkosnya mahal. Harganya pun bakal turun, sehingga kalau rugi, KPK harus masuk. Jadi cuma bikin perkara saja," terang dia.

Kata Didiek, cara terbaik untuk menghemat anggaran negara adalah mengurangi subsidi dengan nilai mencapai sekira Rp 300 triliun-Rp 400 triliun per tahun.

"Tidak usah wacana jual pesawat, itu tidak masuk akal. Satu pesawat tidak banyak artinya. Paling baik efisiensi anggaran yang jebol (subsidi) sampai Rp 300 triliun-Rp 400 triliun per tahun. Kalau dikalikan lima tahun, anggaran (subsidi) itu sudah ribuan triliun dan bisa buat beli ratusan pesawat," tegas dia. (Fik/Gdn)


*Bagi Anda yang ingin mengikuti simulasi tes CPNS dengan sistem CAT online, Anda bisa mengaksesnya di Liputan6.com melalui simulasicat.liputan6.com. Selamat mencoba!

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya