Perusahaan Listrik Terbesar India Hilang Selera Investasi di RI

Perusahaan listrik terbesar India, Tata Power akan melepas sahamnya perlahan seiring dengan jatuhnya harga batu bara internasional.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 09 Sep 2014, 10:58 WIB
Diterbitkan 09 Sep 2014, 10:58 WIB
Tata Power
Tata Power

Liputan6.com, New Delhi - Perusahaan listrik swasta terbesar di India, Tata Power telah kehilangan motivasi untuk melanjutkan investasinya di tambang-tambang PT Kaltim Prima Coal (KPC) Indonesia. Perusahaan listrik terbesar India itu akan melepas sahamnya perlahan seiring dengan jatuhnya harga batu bara internasional.

Mengutip laman Business Standard, Selasa (9/9/2014), perusahaan asal India tersebut sebelumnya telah menjual lima persen sahamnya pada Juli seharga US$ 250 juta di tambang-tambang KPC.

Pihak manajemen Tata Power juga mengungkapkan, penjualan sisa saham di Indonesia akan dilakukan secepatnya. Menurut para analis, sisa saham Tata sebesar 25 persen di sejumlah perusahaan pembangkit terkait kini bernilai sedikitinya US$ 1 miliar.

Pembelian saham dilakukan saat Tata Power memenangkan tender Mundra Ultra Mega Power Project (UMPP) berkapasitas 4.000 Megawatt. Hitungan tersebut dapat dilakukan dengan rencana impor batu bara dari Indonesia saat harga batu bara internasional berada di level US$ 40 per ton pada 2006.

Tapi ternyata harga batu bara global melonjak pesat ke level US$ 100 per ton pada 2011. Selain itu, pemerintah Indonesia juga melarang ekspor di bawah harga tersebut sejak September 2011. Kondisi tersebut membuat Tata Power kesulitan mengimpor batu bara dari Indonesia.

"Kami menanam modal bukan untuk tujuan berinvestasi tapi sebagai bentuk jaminan ketersediaan batu bara dan mendapatkan potongan harga bahan bakar," ungkap Direktur Pelaksana Tata Power Anil Sardana.

Dia menerangkan, dengan harga batu bara saat ini, laba yang diperoleh perusahaan akan sangat kecil. Kondisi tersebut yang mendorong Tata Power menjual sahamnya secara bertahan.

"Dengan kondisi seperti ini, sulit bagi kami untuk mengambil keputusan. Tapi kami dapat dengan yakin mengatakan bahwa KPC merupakan investasi yang bagus di samping opsi potongan harga batu bara dan tujuan jaminan ketersediaan sudah tak ada lagi," tandasnya.


Perhitungannya didasarkan pada rencana untuk mengimpor batu bara dari Indonesia ketika harga internasional yang sekitar $ 40 per ton pada saat penawaran pada 2006. Tapi harga batu bara dunia melonjak melampaui $ 100 per ton pada  2011 dan pemerintah Indonesia melarang ekspor di bawah harga diberitahukan dari September 2011. Ini membuat impor batu bara tidak memungkinkan untuk Tata Power.

Sekadar informasi, perusahaan listrik terbesar di India Tata Power telah membeli 30 persen saham di dua produsen batubara Indonesia yaitu, PT KPC dan PT Arutmin Indonesia (Arutmin). Dia juga membeli saham di perusahaan PT Bumi Resources Tbk pada awal 2007. (Sis/Ahm)

 

*Bagi Anda yang ingin mengikuti simulasi tes CPNS dengan sistem CAT online, Anda bisa mengaksesnya di Liputan6.com melalui simulasicat.liputan6.com. Selamat mencoba!

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya