2030, Jakarta Sudah Tidak Layak Ditinggali?

Sebagai Ibukota negara, Jakarta mempunyai segudang problematika khususnya dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya air.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 23 Okt 2014, 14:17 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2014, 14:17 WIB
Potret Warga Miskin di Pemukiman Kumuh Bantaran Waduk Pluit
Kehidupan warga pemukiman kumuh di Bantaran Waduk Pluit ini merupakan sekelumit potret kemiskinan di Indonesia, Jakarta, (10/9/14). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Sebagai Ibukota negara, Jakarta mempunyai segudang problematika khususnya dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya air. Dengan kondisi kritis ini, Jakarta diperkirakan akan mengalami bahaya lingkungan pada 2030.

Asisten Deputi Menteri Infrastruktur Sumber Daya Air Kemenko Perekonomian Purba Robert M. Sianipar mengungkapkan, Jakarta mencatatkan defisit air minum hingga 27 ribu meter per detik. Hal ini terjadi lantaran suplai air minum dari Waduk Jati Luhur timpang dengan permintaan atau kebutuhan sehari-hari.

"Suplai air minum dari Jati Luhur dan yang disedot oleh perusahaan air minum tidak cukup. Dari Jati Luhur cuma 42 ribu meter per kubik, dan suplai dari perusahaan air minum cuma 18 ribu-19 ribu meter per kubik," ucap dia saat ditemui di Diskusi 'Indonesia Water Learning Week', Jakarta, Kamis (23/10/2014).

Karena kekurangan suplai air minum, sambungnya, warga Jakarta terpaksa menyedot air tanah menggunakan pompa air. Kedalamannya mulai dari 20 meter sampai 150 meter di bawah tanah. Ketergantungan ini, Robert bilang, menyebabkan penurunan tanah Jakarta.

"Makanya 20 tahun lagi bisa menenggelamkan Jakarta karena ada penurunan tanah cukup tajam di Jakarta Utara, sehingga seolah-olah air laut naik. Ini bisa melumpuhkan Jakarta," terang dia.

Parahnya lagi, Robert mengaku, 13 sungai besar yang mengalir di Jakarta mulai tercemar, polutan tinggi, menghitam dan mengandung toxic. Jika ini tidak bisa dicegah, lanjutnya, sungai-sungai tersebut terancam tak sanggup lagi membuang air di Teluk Jakarta.

"Jadi 13 sungai itu nggak bisa lagi buang air di Teluk Jakarta, karena air laut justru akan masuk ke sungai tersebut. Ini yang disebut environment desister," ucapnya.

Pemerintah, tambah dia, harus mengejar pembangunan waduk-waduk untuk menampung air baku dan mensuplai air minum sehingga warga tak lagi menyerap air tanah untuk kebutuhan air bersih sehari-hari. (Fik/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya