Liputan6.com, Jakarta - Ketua Komisi VII DPR Kardaya Warnika menyayangkan keputusan pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) saat harga minyak dunia mengalami penurunan.
Harga minyak mentah dunia jenis West Texas Intermediate (WTI) pada perdagangan Selasa (18/11/2014) turun 18 sen menjadi US$ 75,64 per barel di New York Merchantile Exchange. Ini diikuti harga minyak patokan Eropa yaitu minyak Brent merosot 10 sen untuk pengiriman Januari menjadi US$ 79,31 per barel di London.
Keputusan kenaikan harga BBM bersubsidi dinilai menjadi ironi. Pasalnya, negara lain sedang menikmati penurunan harga minyak, dan melakukan penurunan harga BBM.
Baca Juga
"Saya tidak mengomentari kenaikan itu, tetapi lebih mengomentari pantas atu tidak. Yang pertama di seluruh dunia lagi menikmati penurunan harga BBM, Malaysia menurunkan, China sudah tujuh kali menurunkan," kata Kardaya saat berbicang dengan Liputan6.com, di Jakarta, Selasa (18/11/2014).
Menurut Mantan Dirjen Migas itu, pemerintah harus menjelaskan keputusan tersebut dan mengungkapkan alasan besaran kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 2.000 per liter. Hal tersebut bertujuan agar rakyat mengerti dengan keputusan yang diambil.
"Kedua, pemerintah harus menjelaskan ke rakyat kenapa naik? Kenapa naiknya Rp 2.000 per liternya? Berapa biayanya? Artinya kalau bisa dijelaskan rakyat tidak bingung," ungkapnya.
Seperti diketahui, pemerintah telah memutuskan kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar 30,7 persen untuk premium dari Rp 6.500 menjadi Rp 8.500 per liter dan 36,3 persen untuk solar dari Rp 5.500 menjadi Rp 7.500 per liter. Harga BBM naik tersebut mulai berlakukan 18 November 2014 Pukul 00.00 WIB. (Pew/Ndw)
Advertisement