Perkuat Maritim, RI Bangun 5 Pelabuhan Laut Dalam

Pemerintah semakin serius memperkuat sektor maritim dengan membangun lima pelabuhan laut.

oleh Septian Deny diperbarui 09 Des 2014, 15:15 WIB
Diterbitkan 09 Des 2014, 15:15 WIB
Pelabuhan
(Foto: BUMN.go.id)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah semakin serius untuk memperkuat sektor maritim Indonesia. Salah satunya dengan membangun dan merevitalisasi pelabuhan-pelabuhan di Indonesia.

Secara total, akan ada 24 pelabuhan yang akan ditingkatkan (upgrade) kapasitasnya dan dibangun pelabuhan baru. Diantara 24 pelabuhan tersebut, terdapat 5 pelabuhan laut dalam yang akan dibangun.

Menurut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo, kelima pelabuhan laut dalam itu akan berada di di Belawan, Tanjung Priok (Jakarta), Tanjuk Perak (Surabaya), Sorong, dan Makassar.

Pembangunan pelabuhan laut dalam di Surabaya menurutnya sudah hampir selesai dan pembangunan di Makassar akan segera dimulai.

"Yang di Sorong akan diintegrasikan dengan kawasan ekonomi khusus. Untuk tol laut membutuhkan investasi US$ 7 miliar," ujarnya di Jakarta, seperti ditulis Selasa (9/12/2014).

Sementara untuk memenuhi kebutuhan kapal, pemerintah juga akan memberikan perhatian khusus kepada industri galangan kapal nasional.

Indroyono menjelaskan, Indonesia saat ini memiliki 198 industri galangan kapal dengan jumlah terbanyak berada di Batam, yaitu mencapai 110 industri

"Di Sumatera (di luar Batam) ada 41 galangan, Kalimantan 18 galangan, Jawa-Bali-Nusa Tenggara 23 galangan, Sulawesi 3 galangan, dan Papua-Maluku 3 galangan," lanjutnya.

Sementara itu, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto dengan keseriusan pemerintah ini diharapkan mampu mengatasi masalah logistik di Indonesia. Menurutnya, selama ini proses logistik selalu terkendala masalah infrastruktur darat yang kurang baik.

"Dalam konteks kemaritiman, perhatian juga perlu diarahkan pada peningkatan peran jasa transportasi laut yang masih banyak bergaantung pada kapal-kapal asing," kata dia.

Ketergantungan terhadap kapal asing ini terutama untuk ekspor komoditas yang berdasarkan pada basis Free on Board. Hal ini membuat Indonesia kehilangan pendapatan cukup besar tiap tahunnya.

"Basis FOV ini menyebabkan kehilangan peluang pemasukan nasional tidak kurang dari US$ 12 miliar per tahun," tandasnya. (Dny/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya