Buah Lokal Ini Bisa Bikin RI Tekan Impor

Jambu Kristal kalau dikembangkan secara nasional akan menjadi komiditi nasional sehingga tidak perlu lagi impor.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 18 Jan 2015, 14:32 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2015, 14:32 WIB
Kunjungan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Marwan Jafar di Bogor.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Marwan Jafar ingin produk buah lokal menjadi raja di negara sendiri sehingga bisa menekan impor. Salah satu produk yang digadang-gadang bisa mengganti buah lokal adalah jambu Kristal.

Marwan menjelaskan, pengembangan komoditi buah harus terus digalakkan di desa-desa, sehingga bisa menciptakan kemandirian pangan. Langkah tersebut akan dapat mengurangi masuknya buah impor yang saat ini sudah merajai di pasar-pasar modern hingga pasar-pasar tradisional.

"Jambu Kristal kalau dikembangkan secara nasional akan menjadi komiditi nasional sehingga tidak perlu lagi impor," kata Marwan
saat melakukan kunjungan ke Desa Cikarawang Kabupaten Bogor Jawa Barat, Minggu (18/1/2015).

Marwan mengungkapkan, saat ini sejenis jambu biji tersebut sudah ditanam di 17 provinsi. Namun memang, pengembangannya kurang optimal dan belum tersosialisasi dengan baik.

"Sudah ada 17 provinsi, belum tergarap dengan baik sehingga produksi belum optimal," tuturnya.

Menurut Marwan Jafar, buah tersebut kedepannya akan dikembangkan secara masif, dengan menggandeng perguruan tinggi melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). Dengan langkah tersebut, selain bisa menekan impor buah, juga dapat mengembangkan ekonomi desa.

"Disitulah sektor ekonomi bergerak kalau ada sepanjang desa meningkatkan kemandiriannya di situ masyarakat bisa menjalankan perekonomian," paparnya.

Koordinator petani Kelompok Tani Subur Makmur, Desa Cikarawang, Bogor, Badri mengungkapkan, saat ini kelompok tani Subur Makmur  baru mampu memproduksi  3 ton jambu kristal per hari. Angka tersebut masih kurang untuk memenuhi permintaan konsumen.

"Itu masih kurang, pengembangan mulai Mei 2009 dari hanya 18 pohon, sekarang sudah ada 1.700 pohon dan 700 untuk indukkan," pungkasnya. (Pew/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya