Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan, kondisi perbankan Indonesia masih baik, meski rupiah terus mengalami pelemahan. Seandainya pelemahan rupiah terus terjadi dan semakin dalam, OJK telah menyiapkan kebijakan yang bisa menahan agar sektor perbankan tak mengalami gangguan.
Deputi Bidang Pengawasan OJK, Mulya E Siregar mengatakan, saat ini likuiditas perbankan nasional masih normal, belum terpengaruh pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). "Sementara kami terus mengamati likuditasnya. Di sisi itu overall masih oke," kata Mulya, di BTN Tower, Jakarta, Rabu (18/3/2015).
Menurut Mulya, OJK akan mengambil langkah untuk menyehatkan perbankan Indonesia jika mengalami gangguan atas pelemahan rupiah terhadap dolar AS. "Kami pengawas bank, kami mengawasi bank kena dampak atau tidak. Kalau kena, kami kasih obat ," tuturnya.
Namun Mulya belum bisa menyebutkan langkah apa yang akan dikeluarkan untuk menyehatkan perbankan jika mengalami guncangan. "Jadi kebijakan yang dikeluarkan itu tergantung faktor apa yang membuat nilai tukar tertekan. Kami akan buat ketentuan," jelasnya.
Selain OJK, Bank Indonesia (BI) juga melihat bahwa industri perbankan masih cukup kuat menghadapi ancaman pelemahan pertumbuhan ekonomi dunia di tahun ini. Rasio angka permodalan masih cukup tinggi dan kredit bermasalah masih jauh dari batas bawah yang ditentukan oleh BI.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Tirta Segara menjelaskan, pada periode Januari 2015, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio) industri perbankan tercatat sebesar 20,84 persen. Angka tersebut mengalami peningkatan jika dibanding dengan periode sebulan sebelumnya yang ada di level 19,40 persen. "Angka itu juga jauh di atas ketentuan minimum yaitu 8 persen," jelasnya.
Untuk rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan), Tirta melanjutkan, industri perbankan nasional juga masih terjaga di level 2 persen. Level tersebut tak mengalami peningkatan jika dibanding dengan periode satu bulan sebelumnya. BI mensyaratkan rasio kredit bermasalah perbankan harus berada di bawah level 5 persen.
Dari sisi fungsi intermediasi, pertumbuhan kredit tercatat 11,5 persen. Memang mengalami penurunan jika dibanding dengan periode Desember 2014 yang tercatat di level 11,6 persen. Namun Tirta menyebutkan, berdasarkan survei BI kepada industri perbankan, sebagian besar bankir yang disurvei yakin bahwa pertumbuhan kredit akan membaik di bulan-bulan berikutnya.
Industri perbankan melihat bahwa pertumbuhan kredit akan terdorong oleh permintaan akan kredit baru dari sektor konstruksi sejalan dengan banyaknya proyek pembangunan baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta. (Pew/Gdn)
OJK: Perbankan Indonesia Masih Sehat Meski Rupiah Melemah
OJK akan mengambil langkah untuk menyehatkan perbankan Indonesia jika mengalami gangguan atas pelemahan rupiah terhadap dolar AS.
Diperbarui 18 Mar 2015, 18:08 WIBDiterbitkan 18 Mar 2015, 18:08 WIB
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
EnamPlus
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Liburan Bareng Keluarga di Kuta, Kang Sora Pakai Kebaya Bali dan Menyantap Sate Ayam
Mau Bikin Kolak Pisang? Begini Cara agar Rasanya Tidak Asam atau Sepat
Menteri Sosial Saifullah Yusuf Ajak Tebar Kebaikan di Bulan Ramadan
Donald Trump dan Volodymyr Zelenskyy Adu Mulut di Depan Kamera Wartawan Gedung Putih, Ini yang Terjadi Selanjutnya
5 Potret Rayyanza Cosplay Jadi Superhero Flash, Dipuji Lucu dan Menggemaskan oleh Netizen
Jangan Terburu-buru Mengkhatamkan Al-Qur'an, Ini Batasan Ideal yang Dianjurkan Nabi
MUI Minta Umat Islam dengan Ibadah Ramadan Dapat Mewujudkan Kesalehan Sosial
Tips Menaikkan Berat Badan Bayi: Panduan Lengkap untuk Orang Tua
Viral Mobil Maung Prabowo Isi BBM di SPBU Shell, Ini Penjelasan Istana
Stres Melanda? Konsumsi 10 Makanan Ini untuk Bantu Redakan Beban Pikiran
Waspada! Stroke Iskemik: Penyebab, Gejala, Pencegahan, dan Pengobatan
Potret Kedekatan Ashanty dengan Azura Anak Aurel Hermansyah dan Atta Halilintar, Kompak dan Stylish