Kesepakatan Nuklir Iran-AS Untungkan RI

Dengan pencabutan sanksi maka ekonomi Iran akan kembali menguat, dan jadi peluang besar bagi Indonesia.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 22 Jul 2015, 19:54 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2015, 19:54 WIB
Dua Menko Pimpin Rakor Program Penyaluran Raskin
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil saat memberikan keterangan terkait rapat koordinasi (rakor) di Gedung Kementerian Perekonomian, Jakarta, Rabu (14/1/2015). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Kesepakatan pembatasan program nuklir antara Iran dan Amerika Serikat (AS) yang berujung pada pencabutan sanksi ekonomi akan menguntungkan Indonesia. Keuntungan tersebut yaitu penurunan harga minyak dunia dan memperkuat kerja sama perdagangan.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil mengatakan apabila harga minyak dunia merosot akibat kesepakatan baru nuklir ini jelas menjadi dilema bagi Indonesia. Di satu sisi, lanjutnya, penurunan harga itu dapat meringankan beban anggaran saat impor minyak.

"Kalau harga minyak murah, kita tidak perlu naikkan harga BBM. Tapi di sisi lain, akan mengurangi pendapatan karena Indonesia juga ekspor minyak mentah," jelas dia saat ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu (22/7/2015).

Sofyan memastikan, kesepakatan nuklir AS-Iran menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk memacu ekspor ke Iran. Dengan dicabutnya sanksi, perekonomian negara tersebut kembali bergeliat dan ini merupakan peluang besar.

Dari catatannya, ekspor Indonesia ke Iran anjlok sejak empat tahun lalu. Pada periode 2011-2012, nilai ekspor Indonesia ke Iran mencapai US$ 2,5 miliar. Namun merosot jauh menjadi US$ 400 juta di awal 2015.

"Iran akan menjadi pusat pertumbuhan di Timur Tengah dengan penduduk sekira 80 juta jiwa. Kondisi ini sangat bagus buat kita melakukan ekspor. Makanya saya bawa tim ekonomi ke Iran untuk melanjutkan kembali hubungan bisnis dengan Iran sebagai tujuan pasar ekspor non tradisional," tandas Sofyan. (Fik/Ahm)

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya