Kesepakatan Nuklir: Perayaan untuk Iran, 'Ancaman' Buat Israel

Kesepakatan bersejarah tentang program nuklir Iran akhirnya dicapai dalam perundingan maraton di Lausanne, Swiss.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 03 Apr 2015, 10:46 WIB
Diterbitkan 03 Apr 2015, 10:46 WIB
Kesepakatan perundingan nuklir Iran tercapai
Kesepakatan perundingan nuklir Iran tercapai (Reuters)

Liputan6.com, Washington DC - Kesepakatan bersejarah tentang program nuklir Iran akhirnya dicapai dalam perundingan maraton selama 8 hari antara 6 kekuatan dunia dan pihak Teheran di Lausanne, Swiss.

Pembicaraan antara kekuatan dunia atau P5+1 -- Amerika Serikat, Inggris, Prancis, China, dan Rusia, ditambah Jerman -- dengan Iran yang digelar di Hotel Beau-Rivage Palace, diperpanjang dari target waktu sebelumnya yakni 31 Maret 2015.

Berdasarkan kesepakatan tersebut, Iran akan mengurangi kapasitas pengayaan uraniumnya, demi mengurangi sanksi dunia internasional.

Selama 12 tahun berlakangan, Iran menghadapi sanksi internasional terkait program nuklirnya. Yang menjadi pukulan berat bagi perekonomian negara tersebut.

Kesepakatan perundingan nuklir Iran tercapai  (Reuters)

Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengatakan, 'kesepakatan bersejarah' telah dicapai dengan Iran. Tantangan berat selanjutnya adalah meyakinkan anggota Kongres AS untuk membatalkan sanksi baru atas Iran.

"Kerangka kerja ini akan memutus semua peluang Iran untuk mengembangkan senjata nuklir. Iran akan menghadapi pembatasan tegas dalam programnya dan Iran juga sepakat untuk pemeriksaan paling tegas dan transparan sepanjang sejarah perundingan nuklir," kata Obama, seperti dikutip dari BBC, Jumat (3/4/2015).

Pernyataan Obama disiarkan di media televisi pemerintah Iran. Warga di sana tumpah ruah di jalanan untuk merayakan kesepakatan tersebut.

Di Jalan Val-e-Asr Avenue di Teheran, misalnya, pengguna kendaraan bermotor berpawai sambil membunyikan klakson. "Apapun hasil akhir dari perundingan, kami pemenangnya. Kini kami bisa hidup normal sama seperti warga dunia lainnya," kata seorang warga.

Sementara, Sekjen PBB Ban Ki-moon memuji kesepakatan tersebut dan meyakini, "itu akan berkontribusi pada kedamaian dan stabilitas di kawasan."

"Kesepakatan menghormati kebutuhan dan hak Iran, sementara itu menyediakan kepastikan bagi komunitas internasional bahwa aktivitas nuklir di negara tersebut demi tujuan damai," kata Sekjen PBB.

Kini, kekuatan dunia, juga Iran akan menyusun kesepakatan nuklir yang lebih komprehensif hingga 30 Juni 2015.

Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif mengatakan, pihaknya menilai kesepakatan nuklir membuka peluang 'inovatif'. Iran bisa menjual uraniumnya ke pasar bahan bakar dunia.

Iran selama ini bersikukuh bahwa program nuklirnya tidak untuk menghasilkan senjata pemusnah massal. Melainkan demi tujuan damai.

Israel Tak Rela 

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (Haaretz)

Sejumlah negara bereaksi berbeda atas tercapainya kesepakatan nuklir Iran. Rusia menyambut baik, sementara Menlu Prancis  Laurent Fabius mengatakan, "Itu adalah langkah positif, namun di sisi lain, masih banyak pertanyaan dan rincian yang masih harus terjawab dan terungkap."

Tentangan paling keras datang dari Israel. PM Israel dalam pembicaraan teleponnya dengan Obama mengatakan, kesepakatan tersebut akan mengancam keselamatan Israel.

Namun, Obama meyakinkan bahwa kesepakatan tersebut tak menghilangkan kekhawatiran terkait Iran.

Dalam Twitter-nya, Netanyahu menulis, "Setiap kesepakatan harus secara signifikan berperan memundurkan kapabilitas nuklir Iran dan menghentikan terorisme serta agresinya."

Kesepakatan juga dikritik anggota Kongres AS. John Boehner dari partai Republik, sekaligus ketua DPR Amerika mengatakan, kesepakatan meninggalkan banyak pertanyaan yang belum terjawab. Juga merupakan 'penyimpangan berbahaya' dari tujuan asli Obama.

Kongres, kata dia, akan meninjau ulang kesepakatan sebelum memutuskan pengangkatan sanksi atas Iran. (Ein)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya