Kurangi Lahan Kering Selamatkan Pendapatan Petani Rp 2 Triliun

Menteri Pertanian, Amran Sulaiman mengatakan, pemerintah lebih cepat mengatasi masalah kekeringan sehingga membantu hasil produksi.

oleh Septian Deny diperbarui 27 Jul 2015, 15:28 WIB
Diterbitkan 27 Jul 2015, 15:28 WIB
Mentan Amran Sulaiman melakukan panen padi perdana di Klaten, Jateng. (Septian Deny/Liputan6.com)
Mentan Amran Sulaiman melakukan panen padi perdana di Klaten, Jateng. (Septian Deny/Liputan6.com)

Liputan6.com, Klaten - Menteri Pertanian, Amran Sulaiman menyatakan hasil produksi pertanian, terutama padi jauh lebih baik jika dibandingkan tahun lalu.

Dia menjelaskan, pada tahun lalu, produksi padi banyak mengalami gangguan seperti adanya kekeringan, adanya gangguan dari organisme penganggu tanaman (OPT) dan lahan yang terendam banjir.

"Dibandingkan tahun lalu, yang ada OPT, kekeringan, banjiran. Tahun ini lebih baik," ujar Amran di Klaten, Jawa Tengah, Senin (27/7/2015).

Amran mengungkapkan, akibat masalah-masalah tersebut pada tahun lalu, sektor pertanian kehilangan lahan seluas 159 ribu hektar (ha) untuk periode Oktober 2013 hingga Juli 2014. Namun pada periode Oktober 2014 hingga Juli 2015, menurun drastis yaitu hanya 52 ribu ha.

"Rata-rata per tahun 190 ribu ha (lahan yang mengalami kekeringan). Oktober-Juli lalu seluas 159 ribu ha, sedangkan Oktober (2014)-Juli tahun ini hanya 52 ribu ha. Artinya ada 120 ribu ha yang diselamatkan," lanjut dia.

Menurut Amran, penurunan lahan kering ini lantaran Kementerian Pertanian (Kementan) dan pihak terkait bertindak cepat dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi lahan pertanian, khususnya kekeringan. Hasilnya, potensi pendapatan petani dari hasil pertanian yang mampu diselamatkan dari kekeringan mencapai Rp 2 triliun.

"Kalau mampu menghasilkan 500 ribu ton dikalikan Rp 4.000 per kg(harga gabah kering panen) maka menghasilkan Rp 2 triliun karena gerakan yang kita selamatkan lebih awal," kata Amran. (Dny/Ahm)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya