China Tawarkan Proposal Join Venture Buat Kelola Kereta Cepat

Harga yang ditawarkan Pemerintah China merupakan harga yang lebih kompetitif dengan proposal yang lebih baik.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 10 Agu 2015, 21:15 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2015, 21:15 WIB
Meneropong Kecanggihan Kereta Super Cepat China. (Foto: Liputan6.com/Ilyas Istianur P)
Meneropong Kecanggihan Kereta Super Cepat China. (Foto: Liputan6.com/Ilyas Istianur P)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima kunjungan Menteri Komisi Pembangunan Nasional dan Reformasi Republik Rakyat China (RRC) Xu Shaoshi, di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (10/8/2015).

Dalam pertemuan tersebut, delegasi Pemerintah China melaporkan hasil studi kelayakan perusahaan China terhadap proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.

“Pemerintah telah menerima hasil studi itu dan akan mempelajari serta memutuskannya dalam waktu secepatnya,” ujar Menteri Kordinator Perekonomian Sofyan Djalil di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Senin (10/8/2015).

Menteri Xu Shaoshi menjelaskan, sebagai utusan Presiden China, ia bertemu Presiden Jokowi untuk menyerahkan hasil studi kelayakan sesuai yang dijanjikan.

"Saya sudah bertemu dengan Menteri PPN/Kepala Bappenas, Menteri BUMN, Menko Perekonomian, besok saya akan bertemu Wapres dan pejabat lainnya,” kata Shaoshi.

Menurut Shaoshi, dalam delapan bulan terakhir, dua pemimpin negara, yaitu Presiden Jokowi dan Presiden RRC Xi Jinping sudah melakukan tiga kali pertemuan untuk meningkatkan kerja sama.

Pertemuan ini menghasilkan beberapa rencana kerjasama, salah satunya adalah proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung yang ditandatangani nota kesepahamannya pada Maret 2015.

“Pada April dan Juni 2015 disepakati kerangka kerja dan pada hari ini diserahkan hasil studi kelayakan kepada Presiden Jokowi," kata Shaoshi.

Mengenai kereta cepat Jakarta-Bandung akan menempuh jalur sejauh sekitar 150 km mulai dari Halim ke Bandung, dan terhubung ke Gambir dengan jaringan yang sudah ada. Sementara jumlah stasiun yang dilalui ada 8 (delapan), dengan kecepatan kereta nantinya sekitar 300 kilometer per jam.

Shaoshi menegaskan, harga yang ditawarkan Pemerintah RRC merupakan harga yang lebih kompetitif dengan proposal yang lebih baik. "Kami jamin bisa rampung dalam tiga tahun, ground breaking akhir Agustus 2015 dan selesai 2018 akhir," kata dia. ‎

Adapun untuk pengelolaannya, Shaoshi mengemukakan, pihaknya menawarkan untuk membentuk perusahaan bersama (join venture) BUMN Indonesia-China untuk mengelola kereta api cepat itu dengan Indonesia memegang 60 persen dan sisanya China.

“Kami ingin serius berbagi dengan Indonesia dalam mewujudkan kereta api cepat di Indonesia,” kata Shasoshi.

Ia meyakini, dalam lima tahun ke depan pengoperasia kereta cepat Jakarta-Bandung sudah bisa memberikan keuntungan. Selain Menko Perekonomian Sofyan Djalil, saat menerima delegasi RRT itu, Presiden Jokowi juga didampingi Menteri Perhubungn Ignasius Jonan, Menteri PPN/Kepala Bappenas Adriof Chaniago, dan Menteri BUMN Rini Soemarno. (Luqman Rimadi/Gdn)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya