Liputan6.com, Jakarta - Indonesia diperkirakan masih akan terus-menerus mengalami depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sampai kepastian penyesuaian suku bunga acuan The Federal Reserve berakhir. Nilai tukar rupiah berpotensi menyentuh 13.700 per dolar AS.
Demikian diramalkan Kepala Ekonom PT Bank Danamon Tbk, Anton Hendranata. "Kurs rupiah diprediksi terus melemah sampai ke level 13.700 per dolar AS sampai ada kepastian kenaikan Fed Fund Rate. Isunya kebijakan itu dimulai September atau hingga Desember, tapi cuma The Fed dan Yellen (Gubernur The Fed) yang tahu‎," tegas dia saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Selasa (11/8/2015).
Menurut Anton, nilai mata uang dolar AS Rp 13.700 sudah ‎dalam level hati-hati atau lampu kuning mengingat persepsi pasar semakin negatif terhadap kondisi perekonomian global.
Parahnya lagi, sambung dia, pelaku pasar makin berspekulasi menanti pelemahan rupiah lebih dalam ke level 14.000 per dolar AS.
"Kalau sampai terus melemah, bisa krisis mata yang. Bank Indonesia sudah tidak punya keleluasaan menurunkan suku bunga acuan, intervensi tidak mudah dalam situasi sekarang, karena memaksakan intervensi (menggerus cadangan devisa) berlebihan ibarat menggarami air laut," terang dia.
Lanjutnya, kebijakan BI dalam penggunaan mata uang rupiah di wilayah NKRI belum maksimal karena kesulitan penegakan hukum mengingat masih banyak hotel dan importir yang bertransaksi memakai dolar AS di Indonesia.
Kuncinya, tambah Anton, pemerintah Joko Widodo (Jokowi) harus membalikkan keadaan perekonomian Indonesia di semester II 2015. Selanjutnya, menjaga inflasi karena ada potensi risiko El Nino sehingga mengakibatkan produksi pangan terganggu.
"Lalu strategi berikutnya menggenjot investasi. Pemerintah perlu memberi contoh ke swasta bahwa penyerapan anggaran untuk investasi lewat BUMN berjalan maksimal. Bagaimana swasta mau ikut investasi, kalau belanja modal pemerintah saja masih rendah di semester I. Jadi buktikan dulu," tandas dia. (Fik/Gdn)
Rupiah Berpotensi Tembus 13.700 per Dolar AS
Kebijakan BI dalam penggunaan mata uang rupiah di wilayah NKRI belum maksimal karena kesulitan penegakan hukum.
diperbarui 11 Agu 2015, 09:45 WIBDiterbitkan 11 Agu 2015, 09:45 WIB
Advertisement
Live Streaming
Powered by
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Era Kejayaan Gaji Pekerja Startup di Indonesia Habis, Apa Sebabnya?
Jangan Salah Langkah, Begini Cara Menerapkan 'Self Love' yang Benar untuk Membangun Kesehatan Mental
Cawagub Kun Wardhana Ingin Jakpro Kembalikan TIM ke Pemprov Agar Bisa Digratiskan
Operasikan Kabel Bawah Laut, Perusahaan Ini Tunjukkan Komitmen Bangun Infrastruktur Digital di Indonesia
Dear Vadel Badjideh, Nikita Mirzani Sudah Tutup Pintu Maaf dan Restorative Juctice untuk Kasus Lolly
Atasi Macet Jakarta, Ridwan Kamil Mau Bikin Riverway Melintasi 13 Sungai
Debat Perdana Pilkada Jakarta 2024, Setiap Pasangan Calon Sampaikan Visi-Misi
VIDEO: Siaga! Setop Aksi Premanisme, Usut Tuntas Dalang Dibaliknya
Kun Wardhana di Debat Perdana Pilkada: Pendidikan Budaya Harus Ditamankan Sejak Usia Dini
Link Live Streaming LaLiga Alaves vs Barcelona, Segera Disiarkan Vidio
Pakai Alat Pijat di Bagian Mata, Pria di China Alami Katarak di Usia Muda
Penurunan Padaw Tujuh Dulung di Festival Iraw Tengkayu Sedot Puluhan Ribu Pengunjung