Kekecewaan Investor Jadi Penyebab Pelemahan Rupiah

Indonesia sangat kesulitan memacu pertumbuhan ekonomi karena ada perlambatan ekonomi di China.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 07 Agu 2015, 17:03 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2015, 17:03 WIB
Ilustrasi pertumbuhan Ekonomi
Ilustrasi pertumbuhan Ekonomi

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin terpuruk pada pertengahan tahun ini. Pelemahan tersebut disebabkan karena spekulasi dari kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserves. Depresiasi tersebut kian dalam karena investor kecewa dengan realisasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Kepala Ekonom PT Bank Danamon Tbk, Anton Hendranata mengungkapkan, saat ini dunia tengah dihadapkan pada fenomena super dolar AS, di mana mata uang Negeri Hollywood ini menguat terhadap hampir seluruh mata uang di dunia.

"Akibatnya rupiah kita melemah seperti ini. Juga karena ada sentimen negatif di pasar yang agak kecewa dengan pertumbuhan ekonomi kita di kuartal II atau semester I 2015," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Jumat (7/8/2015).

Lebih jauh dijelaskannya, Indonesia sangat kesulitan memacu pertumbuhan ekonomi karena ada perlambatan ekonomi di China. Anton menghitung, apabila pertumbuhan ekonomi China terkontraksi atau turun 1 persen, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia terkena imbas dengan penurunan sekira 0,3 persen hingga 0,45 persen.

"Itu jauh lebih tinggi ketika ekonomi AS turun 1 persen, Jepang 1 persen. Sampaknya sangat besar ke kita ketika ekonomi China turun," paparnya.

Anton menilai, kekecewaan pasar atau investor sangat besar terhadap pemerintah Jokowi lantaran terlalu optimistis memasang target indikator makro ekonomi cukup tinggi di awal tahun. Target tersebut, sambungnya, membuat ekspektasi atau harapan investor besar terhadap pemerintahan baru.

"Tapi begitu target tidak tercapai, orang jadi kecewa. Buktinya pertumbuhan ekonomi di kuartal II lebih jelek dari kuartal I. Ini pun sudah mulai kelihatan. Jadi target tinggi berujung negatif," terang dia.

Dia mengatakan, salah satu cara untuk bisa mengurangi tekanan pelemahan rupiah dengan membalikkan keadaan ekonomi Indonesia di semester II. "Kuncinya, menggenjot pengeluaran pemerintah membangun infrastruktur dan menjaga inflasi karena ada ancaman El Nino," pungkas Anton. 

Menurut data Bloomberg, jumat (7/8/2015) pukul 10.20 WIB, rupiah diperdagangkan pada level 13.534 per dolar AS. Pada perdagangan sebelumnya, rupiah ditutup di level 13,529 per dolar AS. Sedangkan pada pembukaan hari ini, rupiah berada di level 13.535 per dolar AS. Sepanjang pagi hingga siang ini, rupiah berada di kisaran 13.510 per dolar AS hingga 13.548 per dolar AS.

Sementara kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah 7 poin menjadi 15.536 per dolar AS dari 13.529 per dolar AS pada perdagangan kemarin. (Fik/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya