Liputan6.com, Jakarta - Asumsi nilai tukar rupiah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan belanja Negara (RAPBN) 2016 berada di level 13.400 per dolar AS. Asumsi tersebut sudah memasukkan tekanan yang bakal terjadi akibat faktor eksternal.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelaskan, nilai tukar rupiah pada tahun depan tidak akan berbeda jauh dengan kondisi saat ini. "Nilai tukar rupiah diperkirakan berada pada level 13.400 per dolar AS," jelasnya dalam Pidato Nota Keuangan di gedung DPR/MPR, Jakarta (14/8/2015).
Menurut Jokowi, tantangan yang dihadapi nilai tukar rupiah di tahun depan cukup tinggi dan sebagian besar masih berasal merupakan faktor dari eksternal.
Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut mencontohkan, berbagai proyeksi lembaga ekonomi internasional menunjukkan adanya perbaikan pada performa perekonomian global yang dimotori oleh perbaikan ekonomi Amerika Serikat yang akan diikuti dengan normalisasi kebijakan di Amerika Serikat secara bertahap.
Dampak pelaksanaan kebijakan ini akan sangat tergantung pada timeline dan besaran dari tahapan normalisasi tersebut, yang diperkirakan membawa penyesuaian negatif terutama bagi negara-negara berkembang.Â
Perlambatan perekonomian China serta pemulihan ekonomi kawasan Uni Eropa dan Jepang, juga diperkirakan akan memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah pada tahun mendatang.
Untuk diketahui, menurut data Bloomberg, Jumat (14/8/2015), nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat pada level 13.811 pada pukul 10.50 WIB. Namun, gerak rupiah berbalik arah sehingga menguat di kisaran 13.760 per dolar AS pada pukul 12.21 WIB.
Nilai tukar rupiah dibuka naik tipis pada level 13.766 per dolar AS dari penutupan perdagangan Kamis 13 Agustus 2015 di kisaran 13.767 per dolar AS. Rupiah bergerak di kisaran 13.740-13.829 per dolar AS hingga Jumat siang.
Sementara kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah 16 poin menjadi 13.763 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya yang berada di level 13.747 per dolar AS. (Fik/Gdn)