Bangun Subuhan Jam 08.34 WIB, Dosa atau Tidak? Belum Tentu Kata Ustadz Adi Hidayat

UAH menjelaskan, bahwa keterlambatan bangun untuk sholat Subuh memang sebuah kesalahan, tapi tidak selalu tergolong sebagai dosa. Ada faktor-faktor yang harus diperhatikan untuk menentukan apakah perbuatan tersebut berdosa atau tidak.

oleh Liputan6.com Diperbarui 09 Apr 2025, 09:30 WIB
Diterbitkan 09 Apr 2025, 09:30 WIB
uah adi hidayat
Ustadz Adi Hidayat (UAH) (SS TikTok)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Sholat Subuh merupakan salah satu kewajiban utama dalam Islam. Waktunya yang singkat dan berada di awal hari menjadikan Subuh sering kali menjadi tantangan tersendiri bagi banyak muslim.

Tak jarang, seseorang terbangun setelah waktu Subuh usai. Lantas, apakah bangun Subuh pukul 08.34 WIB termasuk perbuatan dosa?

Pertanyaan ini ternyata kerap ditanyakan dalam berbagai majelis ilmu. Banyak yang merasa bersalah karena bangun kesiangan dan tak sempat menunaikan sholat Subuh tepat waktu. Namun, benarkah hal itu langsung tergolong dosa?

Dalam salah satu kajiannya, Ustadz Adi Hidayat (UAH) memberikan penjelasan yang cukup menenangkan sekaligus menegaskan sikap hati-hati terhadap waktu sholat. UAH menjawab pertanyaan ini dengan sudut pandang yang menyeluruh.

Ia menjelaskan, bahwa keterlambatan bangun untuk sholat Subuh memang sebuah kesalahan, tapi tidak selalu tergolong sebagai dosa. Ada faktor-faktor yang harus diperhatikan untuk menentukan apakah perbuatan tersebut berdosa atau tidak.

Penjelasan ini disampaikan Ustadz Adi Hidayat dalam sebuah kajian, dalam majelis itu membahas hal-hal seputar kesadaran beragama di era modern dan tantangan menjaga waktu ibadah.

Menurut UAH, jika seseorang bangun pukul 08.34, padahal waktu Subuh telah masuk sejak pukul 04.38, maka secara hukum jelas ia telah meninggalkan waktu sholat Subuh. Namun, penilaian dosa tidak bisa serta merta ditetapkan tanpa melihat niat dan penyebab keterlambatan tersebut.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Jelas Kesalahan, tapi Belum Tentu Dosa

cara sholat subuh sendiri
ilustrasi menuju sholat subuh ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

“Ini kalau bangun Subuh, besok Subuh itu 04.38 WIB. Ada yang bangun 08.34, salah nggak? Ya jelas salah!” ujar UAH dengan nada tegas namun tetap mengedukasi, seperti dikutip dari kanal YouTube @NgajiYuk720-d1w.

Namun ia melanjutkan, “Dosa enggak? Ah, ya belum tentu. Kalau dia kecapekan, malamnya tahajud, kecapekan, tidur, bangun-bangun 08.34, ya sudah. Lewat sahur juga tuh, hehehe.”

Dengan nada santai tapi tetap serius, UAH ingin menekankan bahwa Islam sangat adil dalam melihat sebab musabab perbuatan manusia. Kesalahan karena tidak sengaja — dalam hal ini karena kelelahan atau tertidur — tidak secara otomatis dicatat sebagai dosa.

Dalam terminologi fikih, kesalahan yang tidak disengaja disebut dengan "khatta" atau "akhto'ah." Dalam hal ini, sifat Allah yang Maha Pengampun dan Maha Pemaaf disebut "Al-'Afuw." Allah memaafkan kesalahan hamba-Nya yang terjadi tanpa unsur kesengajaan.

Namun, walau tidak langsung berdosa, UAH mengingatkan bahwa tetap ada tanggung jawab moral dan spiritual. Seseorang harus mengevaluasi diri dan berusaha lebih keras agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.

“Kesalahan tetap kesalahan, walaupun tidak dosa. Maka tetap harus bertobat dan berusaha bangun lebih pagi,” ujar UAH lagi dalam kajiannya yang menenangkan banyak jamaah.

Islam sendiri sangat menekankan pentingnya menjaga waktu sholat. Karena itu, siapa pun yang lalai bukan karena alasan syar’i, seperti sakit atau tertidur tanpa sengaja, tetap diminta untuk segera mengganti sholat yang tertinggal (qadha).

“Kalau bangunnya siang, jangan lalu dibiarin. Segera qadha, langsung ambil wudhu, niat qadha Subuh, dan tunaikan,” lanjut UAH.

Jaga Tidur agar Tak Kesiangan

arti doa mau tidur
berdoa sebelum tidur ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Selain itu, menjaga pola tidur yang baik menjadi salah satu solusi utama agar bisa bangun Subuh tepat waktu. UAH pun menyarankan agar umat muslim tidur lebih awal dan menghindari begadang tanpa alasan syar’i.

Ia juga menekankan pentingnya adab tidur, termasuk membaca doa sebelum tidur dan berniat untuk bangun sholat Subuh. Niat ini akan menjadi saksi di hadapan Allah, sekalipun pada akhirnya seseorang tertidur lebih lama dari yang diharapkan.

“Kalau tidurnya dengan niat, ‘Ya Allah bangunkan aku untuk sholat,’ maka Allah akan nilai itu sebagai bentuk keimanan. Tapi tetap jangan bergantung hanya pada niat. Harus ada usaha nyata,” katanya.

Salah satu usaha yang disarankan adalah memasang alarm, meminta bantuan anggota keluarga untuk membangunkan, atau bahkan tidur di tempat yang lebih terang agar mudah terjaga.

UAH juga mengingatkan bahwa siapa pun yang sering telat bangun, sebaiknya merenung dan memperbaiki kualitas keimanannya. Karena sholat Subuh adalah ujian kejujuran spiritual seseorang di hadapan Allah.

“Kualitas iman itu bisa terlihat dari Subuhnya. Siapa yang menjaga Subuh, insyaAllah Allah jaga hidupnya,” tuturnya.

Sebaliknya, jika seseorang menyepelekan Subuh terus-menerus tanpa ada usaha memperbaiki, maka bisa jadi itu tanda hati yang mulai keras dan jauh dari Allah. Inilah yang harus diwaspadai.

UAH mengajak seluruh umat Islam untuk menjadikan Subuh sebagai momen penting dalam memulai hari. Tidak hanya untuk menunaikan ibadah, tetapi juga sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah di waktu yang penuh berkah.

Terakhir, UAH mengingatkan, “Jangan langsung bilang orang itu berdosa hanya karena bangun kesiangan. Tapi juga jangan terlalu enteng minta maaf terus menerus tanpa usaha memperbaiki. Islam itu adil dan mendidik.”

Dengan pemahaman yang seimbang ini, umat Islam diharapkan bisa lebih tenang namun tetap semangat dalam memperbaiki kualitas ibadahnya, termasuk menjaga waktu Subuh sebaik mungkin.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya